Blog

Agar Bebas Sampah, Masyarakat Cihaurgeulis Gunakan 6 Metode Pengelolaan Sampah Sekaligus

KOTA BANDUNG – Untuk mencegah pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir, masyarakat Kelurahan Cihaurgeulis, Kecamatan Cibeunying Kaler mengelola sampah secara mandiri. Tak tanggung-tanggung, ada enam metode pengelolaan sampah organik yang digunakan dan semuanya terpusat di Taman Panineungan.

Ketua Karang Taruna Kelurahan Cihaurgeulis yang menjadi pengelola sampah Firman Supriadi mengatakan, banyaknya metode yang digunakan berdampak pada semakin banyak sampah yang terkelola. Salah satunya metode yakni Loseda, bisa digunakan untuk membusukkan sampah organik sebanyak 5 kilogram.

Sementara, dengan menggunakan metode bata terawang, sampah organik yang dikelola mencapai 500 kilogram. Sama dengan bata terawang, metode open windrow juga dipakai mengelola sampah organik sebanyak 500 kilogram.

Menurut Firman, metode yang paling optimal untuk mengelola sampah organik adalah dengan menggunakan maggot. Maggot yang memakan sampah organik setiap hari berdampak pada cepatnya proses pengelolaan sampah. Firman menuturkan, pengelolaan sampah dengan maggot akan semakin dimaksimalkan.

Adapun, sampah cair buah-buahan dari rumah warga difermentasi untuk menjadi pupuk cair. Hasilnya bisa untuk mempercepat pengomposan dan menyuburkan tanaman di kebun.

Metode terakhir pengelolaan sampah di Cihaurgeulis adalah rumah daun. Daun yang berguguran dikumpulkan di satu lokasi lalu diberi cairan agar daun terurai.

“Dengan banyaknya metode pengelolaan sampah, kapasitas sampah yang dikelola bisa sampai 300 kilogram per hari,” kata Firman di Taman Panineungan, Rabu (7/2/2024).

Warga Cihaurgeulis juga mengelola organik sampah secara mandiri di rumah masing-masing dengan metode Kang Empos (karung, ember, kompos).

Untuk sampah anorganik, masyarakat menyalurkannya ke bank sampah Cihaurgeulis yang kemudian sampah dijual ke Bank Sampah Induk Kota Bandung. Dengan demikian, hanya sampah residu yang dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah.

Lurah Cihaurgeulis Agi Koswara menambahkan, warga responsif diajak mengelola sampah. Warga bersedia memilah sampah di rumah. Kemudian sampah diangkut oleh anggota Gober (gorong-gorong dan kebersihan) serta Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung ke Taman Panineungan.

Pihak kelurahan pun tak henti mengedukasi warga agar mengelola sampah. “Banyak pihak yang edukasi, ada karang taruna, PKK, RW. Awalnya berat, tetapi semakin kesini semakin banyak warga yang kelola sampah,” ucap Agi.

Agi berharap, semakin banyak volume sampah yang bisa dikelola. Meski demikian, keterbatasan lahan untuk tempat mengelola sampah menjadi tantangan yang dihadapi masyarakat Cihaurgeulis.*

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.