Bahaya, Sampah yang Tidak Terkelola Bisa Akibatkan Perubahan Iklim

Ketua Pokja pada Direktorat Mobilisasi Sumber Daya Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wisnu Murti mengatakan, volume sampah semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah manusia. Hal itu dia disampaikan dalam webinar Pengendalian Sampah dan Aksi Iklim yang diselenggarakan KLHK, Rabu (30/4/2025).
Hingga Maret 2025, volume sampah secara nasional telah mencapai 33 juta ton. Dari jumlah tersebut, hanya 60 persen atau 20 juta ton sampah yang berhasil dikelola.
Sisanya 13 juta ton sampah yang tidak terkelola akan mengeluarkan metana. Gas tersebut merupakan salah satu unsur gas rumah kaca yang mengakibatkan perubahan iklim.
Berbagai jenis sampah dapat menghasilkan metana. Pada sektor pertanian dan peternakan, kegiatan membakar jerami menghasilkan metana. Kotoran sapi juga mengeluarkan metana.
Dampak negatif
Dampak dari perubahan iklim sangat signifikan dan menyentuh berbagai sektor kehidupan manusia. Pada webinar tersebut, perwakilan dari Direktorat Perubahan Iklim Kedeputian Bidang Klimatologi BMKG Kadarsah menuturkan, suhu bumi yang semakin panas merupakan dampak dari perubahan iklim.
“Tahun 2024 adalah tahun terpanas yang kami amati baik di Indonesia maupun secara global. Suhu rata-rata nasional 27,52 derajat celsius,” kata Kadarsah.
Selain suhu yang semakin panas, perubahan iklim juga berdampak kepada kenaikan tinggi muka air laut rata-rata 0,4 mm per tahun. Kondisi itu berakibat terjadi genangan pada pemukiman di sepanjang pantai.
Salju abadi di Papua yang semakin menyusut juga merupakan dampak dari perubahan iklim. Pada 1850, luas area salju abadi yakni 19 km persegi. Namun, pada 2022, luas area salju abadi tinggal 0,23 km persegi.
Elnino dan lanina juga semakin sering terjadi. Pada 1950 hingga 1980, kedua fenomena tersebut muncul setiap lima hingga tujuh tahun sekali. Namun, saat ini, elnino dan lanina terjadi dua hingga tiga tahun sekali.
Lanina mengakibatkan musim hujan yang lebih panjang, sedangkan elnino mengakibatkan kondisi kering dan berkurangnya curah hujan. Prediksi masa depan, curah hujan berkurang sekitar 20 persen pada 2020-2030. Suhu udara meningkat 0,5 derajat celcius.
Suhu yang naik beberapa derajat juga bisa mendorong kenaikan kemunculan penyakit. Salah satunya, demam berdarah yang berpotensi meningkat di Palembang, Pekanbaru, Banjarmasin, Kupang, dan Semarang.
Perubahan kecil bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah perubahan iklim. Di antaranya, membawa tas belanja sendiri dan mengurangi plastik sekali pakai. Satu orang yang melakukan gaya hidup tersebut bisa menularkan ke orang lain sehingga dampak besar akan terjadi.*
No Comment