Bergandeng Tangan untuk Ciptakan Air Minum dan Sanitasi Aman
Road to 10th World Water Forum merupakan acara sampingan untuk mendukung kegiatan 10th World Water Forum di Bali pada 18 Mei 2024 hingga 25 Mei 2024.
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Jawa Barat Indra Maha mengatakan, untuk mewujudkan air minum dan sanitasi aman, diperlukan kerja sama semua pihak, baik pemerintah maupun swasta. Hal itu karena untuk meningkatkan presentase air minum dan sanitasi aman, perlu upaya yang besar.
Untuk menaikkan presentase air minum aman sebanyak 1%, diperlukan dana Rp 2 triliun. Sementara, untuk menaikkan presentase sanitasi aman sebanyak 1%, diperlukan dana Rp 1 triliun.
“Kedepan untuk Indonesia emas, targetnya bukan hanya air minum layak atau sanitasi layak, tetapi sudah aman,” kata Indra pada acara Road to 10th World Water Forum.
Beberapa program dijalankan Dinas Perumahan dan Permukiman Jawa Barat untuk menciptakan sanitasi dan air minum aman. Contohnya, program Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Jatigede untuk lima kabupaten/ kota. Selain itu, Dinas Perumahan dan Permukiman Jawa Barat memaksimalkan lima waduk di Jawa Barat untuk mewujudkan air minum aman.
Sejumlah komunitas pun berupaya untuk menciptakan air minum dan sanitasi aman, salah satunya Federasi Perempuan Dayeuhkolot. Perwakilan dari komunitas tersebut, Tuti Rohmawati menuturkan, masyarakat Dayeuhkolot telah mendeklarasikan berhenti dari kebiasaan bebas air besar sembarangan (BABS) sehingga tercipta sanitasi dan air minum aman.
Masyarakat Dayeuhkolot pun telah memiliki jamban masing-masing. Dari 4.000-an kepala keluarga, jumlah jamban sebanyak 373 unit.
22.000 meter kubik sampah
Tak ketinggalan, Satgas Citarum Harum juga tak pernah surut semangat untuk menciptakan air minum dan sanitasi aman dengan menjaga Sungai Citarum. Pada acara tersebut, Komandan Satgas Citarum Harum Sektor 6 Kolonel Inf Yanto Kusno Hendarto, S.H mengatakan, Sektor 6 Satgas Citarum Harum mengangkut 22.000 meter kubik sampah dari Sungai Citarum pada 2023.
Menurut Yanto, masalah sampah masih terus terjadi. Masyarakat masih berpikir menjadikan sungai sebagai tempat tempat sampah.
Oleh karena itu, Yanto mendorong masyarakat mengolah sampah. Komunitas seperti Federasi Perempuan Dayeuhkolot perlu diperbanyak.*
No Comment