Blog

Jangan Dibuang ke Sungai Citarum, Kotoran Sapi Bisa Jadi Pupuk Berkualitas

KOTA BANDUNG – Para peternak didorong mengelola kotoran ternaknya agar tidak membuangnya ke Sungai Citarum. Kotoran ternak dapat dikelola menjadi kompos, biogas, atau media cacing.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Peternakan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mariyono mengatakan, seekor sapi menghasilkan kotoran yang dapat diolah menjadi pupuk kandang kering sebanyak 3 hingga 7 kilogram per hari.

Kotoran sapi padat mengandung unsur yang baik bagi kesuburan tanaman, yaitu hara nitrogen 1,1 persen sampai 1,5 persen, pospor 0,5 persen dan kalium 0,9 persen. Sementara kotoran sapi berbentuk cair (urine) mengandung hara nitrogen 1 persen, pospor 0,5 persen dan kalium 1,5 persen.

“Andaikata peternak memiliki dua hingga empat ekor sapi, maka cukup memupuk tanaman seluas satu hektare lahan, asalkan ditambah dengan urea 50 hingga 75 kilogram,” kata Mariyono dalam webinar bertema “Teknologi Alternatif Penanganan Limbah Ternak Sebagai Upaya Pencegahan Pencemaran DAS Citarum” yang diadakan secara daring, Rabu (11/9/2024).

Jika peternak membuang kotoran ternak ke selokan, maka harus dilengkapi dengan saringan dan bak kontrol memadai. Selanjutnya, kotoran diangkat dari tempat penyaringan dan bak kontrol.

Harus dipastikan bahwa air yang keluar dari bak kontrol tinggal sedikit akibat serapan tanah sepanjang saluran. Air yang keluar pun harus jernih.

Jika lahan di sekitar bak kontrol cukup, maka pembuatan kompos dapat dilakukan di sekitar selokan. Jika tersedia tempat penampungan khusus, maka kotoran hewan dapat diproses di tempat penampungan itu.

Dikatakan Mariyono, pembuatan kompos dapat dilakukan secara mandiri atau berkelompok dalam koperasi. Bagi peternak yang tidak bisa membuat kompos sendiri, wajib menyetorkan kepada kelompok atau koperasi.

Pembuatan kompos dilakukan dalam kondisi cukup oksigen dan tidak boleh tertutup rapat. Hindari pula sinar matahari langsung dalam membuat kompos.

Kompos perlu diaduk dan yang sudah masak akam berwarna hitam dan berbau tanah. Untuk memproses kompos dalam bentuk curah diperlukan alat pengolah pupuk organik.

Pada acara tersebut, perwakilan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat Atie Rohaiti menuturkan, pengelolaan kotoran ternak menjadi kompos, biogas atau media cacing memiliki keunggulan masing-masing.

Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jawa Barat telah membangun Unit Pengelola Pupuk Organik (UPPO) Biogas di kelompok peternak yang mampu mengelola kotoran ternak.

Menurut dia, perlu ada satu unit koperasi yang bisa mengelola limbah kotoran hewan. Peternak nantinya tinggal menyetor kotoran hewan kepada koperasi itu. Hal itu mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki para peternak.*

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.