Blog

Kearifan Lokal Wujudkan Ketahanan Masyarakat Hadapi Bencana Alam

KOTA BANDUNG – Masyarakat Jawa Barat memiliki kearifan lokal yang bisa membangun ketahanan terhadap bencana alam, termasuk bencana hidrologi. Kearifan lokal tersebut terbagi dalam tiga konsep, yaitu tata wayah (waktu), tata wilayah (tempat) dan tata lampah (perilaku).

Hal itu disampaikan Tim Ahli Satgas PPK DAS Citarum Taufan Suranto dalam acara Stadium Generale bertema “Pemulihan DAS Menuju Resiliensi Berkelanjutan di Jawa Barat” di Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu (13/3/2024).

Konsep pertama, tata wayah berkaitan dengan waktu pemanfaatan alam. Contoh implementasi konsep itu terlihat dari kultur masyarakat menanam tanaman pada saat musim kemarau.

Sementara dengan mempertimbangkan konsep tata wilayah, masyarakat memanfaatkan alam di tempat yang tepat. Lahan dibagi berdasarkan ketinggiannya. Lahan di ketinggian paling atas menjadi hak alam karena merupakan tangkapan air sehingga dilarang dibangun bangunan. Istilah yang menggambarkan hal itu yakni “leweung larangan”.

Lahan di bagian tengah merupakan hak kehidupan. Lahan itu disebut “leuweung tutupan” yang merupakan penyangga tangkapan air, penyangga mata air kecil dan tutupan muara sungai.

Lahan paling bawah lah yang menjadi hak manusia atau disebut “leuweung baladaheun”.

“Dengan memperhatikan konsep tata wilayah, pembangunan rumah misalnya, tidak dilakukan di sembarang tempat,” kata Taufan.

Konsep ketiga yakni tata lampah berkaitan dengan perilaku masyarakat menghadapi bencana.

Istilah Sunda

Sejumlah istilah lain juga menggambarkan kultur masyarakat Sunda dalam menjaga lingkungan. Salah satunya, “lebak caian” yang berarti air harus dialirkan secara adil ke pihak di bawah yang membutuhkan. Cara pengaturan air di tatar Sunda ini dilakukan oleh mantri cai yang disebut ulu-ulu.

Istilah lain adalah “legok balongan”. Balong adalah sistem tradisional dalam budidaya ikan sekaligus berfungsi ekologis.

Dalam sistem pengelolaan hutan, masyarakat Sunda memiliki kultur yang disebut “pasir talunan”. Sistem pengelolaan hutan ala masyarakat Sunda tersebut memiliki beraneka ragam fungsi, yaitu sosial, ekonomi, budaya dan ekologi.

Dalam hal penanaman padi, masyarakat Sunda juga mempunyai kearifan lokal dalam setiap proses penanaman yang disebut dengan istilah “dataran sawah”. Kearifan lokal itu dimulai dari memilih waktu tanam, pengendalian hama, hingga sistem pengairan.

Dikatakan Taufan, kearifan lokal yang menciptakan ketahanan masyarakat terhadap bencana muncul turun-temurun berdasarkan interaksi masyarakat dengan bencana. Nah, apakah di daerah Anda juga memiliki kearifan lokal dalam menjaga lingkungan hingga menciptakan masyarakat yang tangguh menghadapi bencana?*

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.