Masyarakat Cibarani Berjuang Jaga Sungai Cikapundung
Aqli Syahbana mengingat-ingat pengalamannya saat kanak-kanak berenang di Sungai Cikapundung warsa 1985. Saat itu, Cikapundung memiliki debit air yang stabil dan jernih. Bahkan, Aqli dan teman-teman bisa berenang bersama beberapa jenis ikan yang sudah punah, seperti ikan mata merah atau bereum panon, beuntuer dan paray.
Pengalaman itu kini hanya bisa dikenang, tak bisa kembali terulang. Kondisi Cikapundung yang merupakan subdaerah aliran sungai Citarum tak seperti dulu lagi.
Menyadari kenyataan tersebut, Aqil mengajak sejumlah rekannya di RW 11, Kelurahan Hegarmanah, yang berada dekat dengan Kanal Irigasi Cibarani Wartervang Leuwilimus untuk melakukan aksi menjaga Cikapundung. Mereka menamai diri sebagai masyarakat kreatif Kampoeng Tjibarani. Ejaan lama pada kata kampoeng dan tjibarani sengaja dipakai sebagai simbol untuk menunjukkan keinginan memiliki Cikapundung yang dulu.
“Sekarang sulit berinteraksi dengan sungai seperti dulu. Hak kami direbut untuk bisa berenang di Cikapundung,” kata Aqil ditemui di bantaran Cikapundung, Senin (30/10/2023).
Aksi nyata masyarakat kreatif Kampoeng Tjibarani salah satunya diterapkan melalui edukasi lingkungan kepada masyarakat. Kepada pengunjung Cikapundung yang melakukan berbagai aktivitas, masyarakat Kampoeng Tjibarani mendorong mereka menjaga sungai melalui tulisan di plang-plang sepanjang bantaran sungai. Tulisan yang dapat ditemui seperti “bebaskan sungai dari sampah”, “jagalah sungai, kayak kamu jagain aku” dan “aku, kamu dan sungai saling menjaga”.
“Ketika ini (bantaran Cikapundung) jadi destinasi wisata, jogging, sepeda, pengunjung harus berpikir bahwa sampah saya tanggung jawab saya,” kata Aqil.
Upaya menyadarkan masyarakat luas atas pentingnya menjaga lingkungan juga dilakukan melalui pelatihan fotografi hingga menonton film bersama bertema lingkungan di saung-saung bantaran Cikapundung. Kampanye di media sosial juga digencarkan oleh masyarakat kreatif Kampoeng Tjibarani, seperti kampanye mengurangi sampah plastik.
Pentahelix
Selain masyarakat luar, masyarakat sekitar Cikapundung juga berperan penting menjaga sungai tersebut. Untuk itu, masyarakat kreatif Kampoeng Tjibarani menggandeng Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), yang berlokasi tak jauh dari Cikapundung, untuk mengedukasi masyarakat.
Bersama Unpar, masyarakat pernah mengedukasi siswa-siswi dua sekolah dasar di sekitar Hegarmanah tentang pentingnya menjaga sungai. Edukasi dilakukan secara menarik agar dipahami anak-anak, misalnya dengan permainan, pengamatan langsung hingga bercerita tentang pengamatannya itu.
Menurut Aqil, upaya menjaga Cikapundung harus dilakukan bersama-sama berbagai pihak, baik itu akademisi, bisnis, komunitas, pelaku usaha, pemerintah maupun media. Oleh karena itu, masyarakat mengajak pihak perguruan tinggi untuk berperan mengedukasi masyarakat. Dia berharap, lebih banyak perguruan tinggi bergandeng tangan bersama masyakat Kampoeng Tjibarani.
Masyarakat kreatif Kampoeng Tjibarani juga telah berkolaborasi dengan berbagai komunitas lingkungan untuk mendukung upaya menjaga Cikapundung. Mereka juga terus berjuang agar aturan-aturan yang telah dibuat pemerintah diterapkan.
Konsrvasi bambu
Tak hanya melalui jalur edukasi, masyarakat Kampoeng Tjibarani juga menjaga Cikapundung dengan cara konservasi bambu yang didukung oleh Saung Angklung Udjo. Beragam bambu telah ditanam di bantaran Cikapundung.
Bambu merupakan tanaman yang efektif untuk mencegah longsor sehingga bisa mengurangi semimentasi di Cikapundung.
Pohon-pohon lain, seperti beringin, juga ditanami masyarakat.
Masyarakat Kampoeng Tjibarani juga sempat melakukan konservasi mata air dengan cara menyalurkannya ke Cikapundung. Tujuannya, agar air dari mata air bisa menjernihkan Cikapundung sehingga ikan-ikan endemik bisa hidup di sungai itu.
Masyarakat Kampeong Tjibarani melihat bahwa manusia lah yang membutuhkan alam untuk hidup. Oleh karena itu, sudah seharusnya manusia berupaya menjaga alam, dimulai dari hal kecil sekali pun.*
No Comment