Blog

Menata Masalah Banjir di Bandung Raya Melalui 14 Kolam Retensi 

Citarum Harum, Kota Bandung – Pemerintah Daerah Kota Bandung kembali membangun kolam retensi sebagai upaya meningkatkan penyimpanan air saat musim kemarau, serta mengatasi banjir saat musim hujan. Kolam retensi bernama Lapak New Argo ini tengah dibangun di Jl. Pasanggrahan, Kecamatan Ujung Berung, Kota Bandung, pada Kamis (6/2/2025).

Berbeda dari kolam retensi biasa, Lapak New Argo mengusung konsep hijau dengan menghadirkan taman yang bisa dinikmati masyarakat sekitar. Pohon-pohon buah seperti mangga,  kelengkeng dan rambutan ditanam di sekitarnya, memberikan nilai tambah bagi warga. Lebih dari itu harapannya kolam ini mampu menjadi solusi banjir sekaligus ruang terbuka hijau yang bermanfaat.

Lapak New Argo bukanlah satu-satunya kolam retensi yang dibangun di Kota Bandung. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah mengembangkan sejumlah kolam retensi di berbagai titik strategis. Setiap kolam memiliki perannya masing-masing dalam mengatasi genangan air dan mengembalikan keseimbangan ekologi kota. Berikut ini 10 kolam retensi  di Kota Bandung yang harus sobat tahun dan coba kunjungi.

Pertama, di tengah hiruk-pikuk Kota Bandung, Kolam Retensi Taman Lansia hadir sebagai solusi cerdas yang menggabungkan fungsi ekologis dengan estetika. Terletak di kawasan Jl. Cisangkuy, kolam ini dibangun pada tahun 2015 dengan memiliki dua kolam, kolam 1 memiliki kedalaman 4 meter, dan kolam 2 sedalam 3 meter.

Adapun daya tampung airnya sendiri mencapai 8.417 meter kubik, nantinya akan dialirkan ke Sungai Cikapayang. Menariknya, di kolam ini terdapat ikan-ikan yang membuat suasana menjadi lebih asri. Dan untuk pengelolaan airnya sendiri biasa diganti per hari jumat.

Rupanya, kolam retensi taman lansia berhubungan dengan kolam retensi Kandaga Puspa, hanya saja memiliki tujuan yang berbeda dari keberadaanya. Kolam Retensi Taman Lansia berperan sebagai titik awal yang mengalirkan air ke Kolam Retensi Taman Kandang Puspa. Kemudian Kandaga Puspa lebih mirip bendungan penampung dengan volume air mencapai 6.593,28 meter kubik, luas genangan 4.120,8 meter persegi, dan kedalaman 2 meter.

 

Ketiga, Kolam Retensi Sirnaraga yang telah beroperasi sejak tahun 2016. Berlokasi di Kecamatan Cicendo, kolam ini memiliki kapasitas tampungan sebesar 2.563 meter kubik dan berfungsi sebagai penampungan sementara air dari sungai Citepus. Keterangan lebih lanjut bahwa kolam retensi ini memiliki luas 1.075 meter persegi dengan tinggi 3-4 meter.

Sebelum kolam ini dibangun, tingginya volume air hujan yang mengalir dari Bandung Utara ke sungai Citepus sulit dikendalikan. Hal ini berakibat banjir di wilayah Pasteur, Citepus, hingga Astana Anyar. Kejadian yang paling besar terjadi pada 2016 silam di Pasteur, di mana seluruh badan sungai terendam hingga ketinggian 60-200 cm dan menewaskan satu orang.

Jika bergeser ke wilayah Jalan Sarimas Raya, Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik terdapat Kolam Retensi Sarimas, di bangun pada tahun 2016 silam dengan volume tampung sebesar 5370.35 meter kubik. Kolam retensi ini hadir untuk menampung air mengantisipasi banjir sebelum nantinya dialirkan ke sungai Cikiley..

Namun menariknya, masyarakat sekitar justru memanfaatkannya sebagai tempat budidaya ikan. Nantinya hasil dari budidaya tersebut akan dibagikan ke masyarakat sekitar juga guna menambah penghasilan.

Resapan air berikutnya adalah Kolam Retensi Rancabolang di Gedebage, dibangun dengan luas tanah 8.000 meter persegi, kolam retensi ini mampu memiliki daya tampung sebesar 8904.45 meter kubik. Besarnya daya tampung ini tidak lepas dari teknologi pendukung yang digunakan, yakni berupa alat pompa yang mampu memindahkan 150 liter air per detik.

Wetland Park Cisurupan merupakan salah satu tempat yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan banjir di kawasan Gedebage tapi juga estetik untuk dijadikan tempat berlibur akhir pekan. Pasalnya Wetland Park dibangun di atas lahan seluas 4 hektar, dengan memiliki 19 kolam retensi yang berfungsi sebagai penampung air saat Sungai Ciloa meluap.

Selain itu, Wetland Park Cisurupan juga dilengkapi dengan septic tank komunal, rumah kompos, serta gazebo kreatif multifungsi yang mendukung pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan. Kehadiran ruang terbuka hijau ini tidak hanya berperan sebagai infrastruktur pengendalian banjir, tetapi juga memberikan manfaat ekologis serta edukatif bagi masyarakat sekitar.

Terakhir ada Kolam Retensi Pasar Gedebage, ini menjadi kolam retensi ke-14 yang dibangun oleh Pemerintah Daerah Kota Bandung sebagai upaya strategis untuk mengurangi risiko banjir di wilayah tersebut. Diresmikan pada awal Februari 2025, kolam ini terletak di bawah jaringan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di kawasan Gedebage.

 

Dengan volume penampungan air mencapai 7.000 meter kubik, pembangunan kolam ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang dalam pengendalian banjir, khususnya di area Pasar Gedebage dan sekitarnya. Selain itu, kolam ini didukung dengan dua rumah pompa yang masing-masing mempunyai kekuatan 150 liter air per detik. 

 

Selain kolam-kolam retensi yang telah disebutkan di atas, ada juga kolam retensi lainnya seperti Kolam Retensi Bima, Kolam Retensi Allugoro, Kolam Retensi Cisanggarung, Kolam Retensi Bandung Inten, Kolam Retensi Dian Permai, dan Kolam Retensi Margahayu. 

 

Kehadiran kolam-kolam ini menjadi bukti nyata komitmen Pemerintah Daerah Kota Bandung dalam mengatasi permasalahan banjir. Lebih dari itu, ditargetkan pula untuk memiliki 30 kolam retensi di seluruh kota, guna mengantisipasi 7 titik banjir terakhir yang semula 68 titik pada 2020.

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.