Menengok Kemandirian Masyarakat Kelola Sampah di Kampung Proiklim
Pengolahan sampah dimulai dari kesadaran masyarakat membawa sampahnya ke Unit Pengelolaan Kebersihan (UPK) di Kampung Jatibaru. Kemudian, sampah dipilah antara organik dan nonorganik oleh petugas di UPK.
Sampah organik dijadikan kompos yang dipakai untuk tanaman milik masyarakat. Sementara, sampah nonorganik dari plastik dikreasikan menjadi hiasan rumah dan ada juga yang dijual ke pemungut sampah.
Salah seorang warga Wawan Gusnawan mengatakan, pengolahan sampah secara mandiri di Kampung Jatibaru dimulai pada 2010. Ide mengolah sampah secara mandiri muncul dari kesulitan masyarakat membuang sampah. Wawan yang saat itu menjadi ketua RW kemudian mengajak masyarakat untuk sama-sama mengolah sampah.
Ajakan itu awalnya tidak langsung diterima masyarakat. Wawan harus mengedukasi masyarakat dengan menyerukan jargon “berhemat” yakni singkatan dari bersih, hijau dan manfaat.
“Ini menyadarkan masyarakat bahwa sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi kita sebagai produsen sampah,” kata Wawan di Kampung Jatibaru, Jumat (27/10/2023).
Melalui proses panjang, masyarakat akhirnya mau mengolah sampah. Warga membayar iuran minimal Rp 10.000 per bulan untuk petugas yang dipekerjakan mengolah sampah di UPK. Meski demikian, masyarakat pun sudah terlatih mengolah sendiri sampah menjadi produk bermanfaat setelah diajarkan oleh Wawan.
Terdapat sekitar 300 kepala keluarga di RW 17. Selain masyarakat RW 17, masyarakat RW 8 juga memberikan sampahnya ke UPK untuk diolah.
Pengolahan sampah telah menurunkan volume sampah di RW 17 yang harus dibakar.
Ecin (67) adalah salah satu warga RW 17 yang sudah terlatih mengolah sampah sendiri. Dia mengatakan, sejak 2010 hingga kini, dia masih memilah sampah di rumah.
Sampah dapur dibuat pupuk untuk tanaman, sedangkan sampah plastik dijual ke pemungut sampah. Kadang juga, Encin membawa sampahnya ke UPK untuk diolah oleh petugas UPK.
“Seminggu sekali dikumpulin dulu sampahnya, terus dibawa ke UPK,” ucap Ecin.
Masyarakat Kampung Jatibaru telah menerima beberapa penghargaan berkat kemandirian mengolah sampah. Pada 2015, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memberikan penghargaan kepada Kampung Jatibaru sebagai kampung proiklim. Masyarakat kampung itu juga pernah meraih juara 3 lomba inovasi penanggulangan kemiskinan berbasis masysrakat tingkat Kabupaten Bandung pada 2019.*
No Comment