Para Pemuda di Wilayah Ini Tanpa Pamrih Semangat Kelola Sampah
Usai pulang sekolah Jumat sore (18/10/2024), Rendi Ananda Nurhidayat bersiap-siap mengangkut sampah. Seragam kebanggaan bertulis karang taruna Kurawa.009 telah dipakai. Gerobak sampah pun siap dioperasionalkan.
Bersama beberapa anggota karang taruna, dia kemudian menyambangi satu per satu rumah warga dan mengakut sampah organik. Sampah itu lalu dimasukkan ke dalam ember yang tergeletak di gerobak.
Siswa sekolah menengah pertama tersebut tak lupa meneriakkan “tidak dipilah tidak diangkut”. Kalimat tersebut merupakan pengingat bagi warga untuk memilah sampah.
Rendi mengatakan, setiap kali pengangkutan, terkumpul sekitar 100 kilogram sampah organik dari 100 rumah. Setahun lalu, saat para pemuda karang taruna mulai mengangkut sampah, hanya 10 rumah yang menyerahkan sampah organik.
Peningkatan jumlah tersebut berkat kegigihan para pemuda karang taruna Kurawa.009 mengatasi masalah sampah. Nama “kurawa” yang memiliki kepanjangan “kurawat sampah” menyiratkan niat anggotanya berdampak pada pengelolaan sampah.
“Kami anak muda ingin bergerak, tidak terus-terusan main ponsel, kami ingin bermanfaat,” ujar Rendi di Kelurahan Cicadas, Jumat (18/10/2024).
Dia pun membiasakan diri berhadapan dengan sampah, meskipun pada awalnya tidak nyaman dengan bau sampah.
Selamatkan TPA
Pemuda lainnya di RW 9, Zari Muhammad Nadif menuturkan, aksi karang taruna Kurawa.009 mengelola sampah berawal dari peristiwa kebakaran tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti. Melihat kejadian itu, para pemuda mendiskusikan solusi untuk mencegah kebakaran kembali terjadi di TPA tersebut.
Mereka lalu mengajak masyarakat RW 9 untuk memilah sampah.
“Kalau mau ada perubahan, mulai dari para pemuda,” ucap Zari.
Setelah diangkut dari rumah masyarakat, sampah kemudian dibawa ke sebuah lahan terbuka tempat rumah maggot. Di lokasi itu, pengelolaan sampah organik dilakukan dengan menjadikannya sebagai pakan maggot. Sebagian sampah organik juga dikompos hingga menjadi pupuk.
Lahan terbuka itu pun memiliki kebun “Buruan Sae” atau singkatan dari sehat, alami, ekonomis dan ditanami cabai, terong, hingga pakcoy. Pupuk hasil pengomposan dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman di kebun “Buaruan Sae”.
Lurah Cicadas Tjakra Irawan mengapresiasi aksi para pemuda mengelola sampah. Aksi itu diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang mandiri mengelola sampah.
Dia pun berharap, pemuda di RW lain terinspirasi oleh gerakan karang taruna RW 9 dalam mengelola sampah. Dampaknya, sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti dapat dikurangi.*
No Comment