Blog

KOTA BANDUNG – Keberadaan lahan kritis di Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum mengakibatkan banjir di berbagai lokasi. Untuk menanggulangi banjir, penanggulangan bencana berbasis mikro DAS dinilai menjadi solusi yang tepat.

Hal itu disampaikan Tim Ahli Satgas PPK DAS Citarum Taufan Suranto dalam acara Stadium Generale bertema “Pemulihan DAS Menuju Resiliensi Berkelanjutan di Jawa Barat” di Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu (13/3/2024).

Taufan menuturkan, lahan kritis di hulu DAS Citarum mencapai 77.037,36 hektare. Seluas 36.000 hektare diantara lahan kritis tersebut merupakan lahan pertanian.

“Salah satu lokasi lahan kritis yang menjadi sorotan berada di Kawasan Bandung Utara (KBU). Lahan kritis di kawasan tersebut terjadi karena tingginya alih fungsi lahan hijau menjadi pemukiman, pariwisata, pertanian dan perkebunan,” kata Taufan.

Karena lahan kritis di KBU, banjir bandang pernah terjadi di Cilengkrang, Ujung Berung, Citepus, Ciwidey, Pangalengan dan Kertasari.

Untuk menanggulangi banjir di DAS Citarum, telah disepakati upaya pentahelix untuk menangani mikro DAS Citarum. Pihak yang terlibat yaitu pemerintah, akademisi, komunitas, media dan pelaku usaha.

Upaya itu dimulai dari mengidentifikasi potensi dan permasalahan di setiap Sub DAS Citarum. Selain itu, penyusunan rencana aksi di 16 Sub DAS sebagai turunan dari Pergub Jabar Nomor 37 Tahun 2021 tentang Revisi Renaksi PPK DAS Citarum 2021-2025.

Pembentukan kelembagaan Mikro DAS Citarum juga telah dilaksanakan. Bahkan, telah terbentuk Tim Ekspedisi Mikro DAS Citarum yang telah dilantik oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi pada Agustus 2023 di Gedung Sate.

Dikatakan Taufan, pengelolaan DAS dapat memberikan dampak signifikan jika dilakukan simultan dengan mikro DAS. Pertimbangannya, dengan mengelola mikro DAS berarti penanganan berawal dari hulu sungai.

Selain itu, luas areal mikro DAS relatif kecil sehingga variasi karakteristik dapat diidentifikasi secara akurat. Perencanaan pun dilakukan dengan lebih detail dan tepat sasaran.

Taufan mengatakan, Indonesia dapat mencontoh India yang telah lebih dulu mengelola mikro DAS. India memiliki atlas khusus mikro DAS. Sejak 1970, India fokus mengelola mikro DAS dan di mikro DAS tertentu tersedia kantor.*