Pengelolaan Sampah di Karang Pamulang Untungkan Warga
Selain pakan dari maggot BSF, peternak mendapat pakan dari sampah organik sisa makanan yang masih segar hasil pemilahan warga, sehingga mengurangi ongkos produksi peternakan dan perikanan.
Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat Pojok Pamulang Tatang Sobarna mengatakan, sejak diluncurkannya program maggotisasi skala kelurahan oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, saat ini volume sampah organik terpilah yang diangkut dari rumah warga, catering dan rumah makan mencapai 400 kilogram hingga 600 kilogram setiap hari. Terdiri dari sampah sisa makanan, sisa memasak, daun dan ranting. Sampah itu berasal dari 13 RW di Kelurahan Karang Pamulang.
Dari total sampah yang terkumpul, sekitar 40% untuk pakan maggot, 30% pakan ayam dan itik, 30% dijadikan kompos dan media tanam.
Pengambilan sampah organik dari setiap RW dilakukan pada hari Senin, Rabu, dan Jumat. Sampah organik kemudian diolah di area lahan yang menjadi tempat rumah maggot dan peternakan ayam, bebek serta itik.
“Ayamnya menghasilkan telur dan daging, lalu dijual, maka terjadi sirkular ekonomi,” kata Tatang di Kelurahan Karang Pamulang Senin (15/7/2024).
Tak hanya hewan, tumbuhan pun menikmati hasil pengelolaan sampah organik berbentuk pupuk dan media tanam. Dikatakan Tatang, pupuk dan media tanam yang dihasilkan dimanfaatkan warga untuk menanam sayuran melalui “Buruan Sae” atau kepanjangan dari sehat, alami, ekonomis, baik dengan memanfaatkan lahan pekarangan maupun area lahan kosong yang belum dibangun.
Dengan mengolah sampah organik menjadi pupuk dan pakan, kemudian dimanfaatkan untuk budidaya pangan (sayuran, ayam, ikan dan lele), tak ada lagi sampah organik dari Kelurahan Karang Pamulang yang dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Lurah Karang Pamulang Rita Siti Aida menambahkan, pengelolaan sampah di Kelurahan Karang Pamulang dimulai saat masa darurat sampah karena kebakaran TPA Sarimukti. Kejadian tersebut telah meningkatkan kesadaran masyarakat mengelola sampah.
“Ada darurat sampah, upaya kelola sampah makin keras. Kami juga pikir sampah mau dibuang kemana,” kata Rita.
Semangat mengelola sampah semakin kuat setelah ada program pembangunan rumah maggot di setiap kelurahan.
Agar pengelolaan sampah berjalan konsisten, pihak kelurahan mengkolaburasikan seluruh LKK atau Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan (PKK, LPM, Karang Taruna dan RW) untuk mengedukasi masyarakat terkait pentingnya mengelola sampah. Rita bercita-cita, Kelurahan Karang Pamulang bisa menjadi pusat ekowisata edukasi, pelatihan dan praktik pengelolaan sampah.*
No Comment