Sampah Harus Diolah Mulai dari Level RW

Wali Kota Bandung Muhammad Farhan mengatakan, baru 413 RW dari 1.597 RW di Kota Bandung yang mengolah sampah.
Lebih lanjut, Farhan menuturkan, Kota Bandung berhasil menghindari krisis sampah selama libur Idulfitri 1446 H.
“Sejak 24 Maret hingga 6 April, dari target 140 rit per hari, hanya ada kelebihan satu rit saja. Ini pencapaian luar biasa,” ujar Farhan dikutip dari laman bandung.go.id.
Ia mengatakan, strategi pengangkutan yang tepat serta kebijakan penutupan PKL pada malam takbiran pukul 22.00 WIB sangat efektif dalam mengendalikan lonjakan volume sampah.
Meski demikian, tantangan masih besar. Ia mengungkapkan bahwa munculnya titik-titik baru pembuangan sampah liar di pinggir jalan menjadi masalah serius yang harus segera diatasi.
“Ini pekerjaan rumah. Banyak warga buang sampah sembarangan, bahkan di tempat-tempat yang sebelumnya bersih,” katanya.
Beberapa wilayah yang mengalami lonjakan volume sampah cukup tinggi antara lain Cicadas. Volume sampah yang biasanya hanya dua rit, saat ini mengalami lonjakan cukup signifikan dari sampah di jalanan.
Jenis sampah yang menjadi tantangan utama di Kota Bandung, yaitu food waste atau sampah sisa makanan dan pembungkus makanan berbahan daun pisang.
“Sampah daun cau (pisang) ini susah terurai cepat. Kita butuh teknologi pengolahan yang bisa menghancurkannya dalam waktu singkat,” ujarnya.
Ia mengundang para ahli dan inovator untuk membantu menemukan solusi pengolahan limbah organik ini.
“Kita butuh teknologi kompos yang cepat, bukan tiga hari baru hancur. Kalau bisa cepat, maka tumpukan sampah bisa kita atasi dari hulu ke hilir,” ungkapnya.
Ia menegaskan, penanganan sampah adalah prioritas utama Pemkot Bandung.
“Nomor satu sampah, nomor dua sampah, dan nomor tiga juga sampah. Kita tidak bisa menunda lagi,” katanya.*
No Comment