Blog

Sejak TPA Sarimukti Kebakaran, Keranjang Takakura Dicari Banyak Warga

KOTA BANDUNG – Keranjang Takakura menjadi barang yang dicari oleh banyak warga sejak tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Sarimukti kebakaran. Alhasil, penjualan keranjang tersebut meningkat tajam.

Keranjang takakura adalah wadah pengelolaan sampah organik menjadi kompos. Pembuat keranjang itu adalah komunitas Kampoeng Takakura di RW 9 Kelurahan Sukamiskin, Kecamatan Arcamanik. Mereka mengikuti konsep pengelolaan sampah takakura yang dipelopori oleh Koji Takakura, peneliti asal Jepang.

“Sekarang darurat sampah, banyak yang beli keranjang takakura, dalam dua bulan terakhir penjualan sampai 250 keranjang,” ucap Bendahara Komunitas Kampoeng Takakura Puji Hastuti di Kelurahan Sukamiskin, Kamis (9/11/2023).

Untuk membuat keranjang takakura diperlukan keranjang yang memiliki lubang-lubang di permukaan keranjang. Lubang berfungsi sebagai jalur keluar masuk udara untuk proses pengomposan.

Namun, agar sampah tidak berserakan keluar melalui lubang, di sekeliling bagian dalam keranjang ditutupi kardus. Pori-pori dalam kardus memungkinkan udara masih bisa keluar masuk keranjang.

Kemudian, di dalam keranjang diletakkan bantalan sekam untuk menahan kelebihan air dari sampah organik. Elemen penting lain yang diperlukan untuk membuat keranjang takakura adalah media pengomposan yang terdiri dari sekam, dedak, kotoran hewan dan tanah subur. Unsur-unsur itu dicampur dengan cairan air gula, air kelapa dan air cucian beras untuk melembabkan media pengomposan.

Sekam mengandung karbon, sedangkan dedak memiliki unsur nitrogen yang diperlukan untuk pengomposan.

Kotoran hewan dan tanah menjadi sumber bakteri pengurai sampah organik. Agar bakteri tetap hidup, diberi air gula dan air beras.

Semua unsur-unsur yang telah dicampur itu diletakkan di atas bantalan sekam. Lalu, masukkan sampah organik yang sudah dicacah. Aduk sampah dan kemudian tutup bagian atas keranjang dengan kain atau penutup lain.

“Letakkan keranjang takakura di dapur, asal tidak kena panas dan hujan,” kata Puji.

Sampah organik akan semakin berkurang karena diurai oleh unsur-unsur yang telah diletakkan di dalam keranjang takakura. Apabila campuran dalam keranjang sudah hitam legam, maka campuran itu siap dijadikan kompos.

Murah dan mudah

Masyarakat RW 9 Kelurahan Sukamiskin sudah menggunakan keranjang takakura sejak 2018. Saat ini, keranjang tersebut pun telah terjual ke berbagai wilayah di Indonesia. Satu keranjang takakura lengkap dengan unsur-unsur penunjangnya dijual Rp 150.000.

Metode pengelolaan dengan keranjang takakura sengaja dibuat mudah dan murah supaya bisa dimanfaatkan masyarakat. Sekitar 100 kepala keluarga di RW 9 yang telah menggunakan keranjang takakura.

Kebiasaan ini akan terus dilakukan secara berkelanjutan. Masyarakat merasa bertanggung jawab untuk menjaga alam sehingga bertekad mengurangi sampah dengan memanfaatkan keranjang takakura.*

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.