SMPN 40 Bandung Terapkan Tiga Teknik Daur Ulang untuk Atasi Sampah

Gorden di setiap kelas VIII kini menggunakan kain hasil karya daur ulang para siswa. Gorden dibuat dari kain putih yang ditumbuk dengan daun di atasnya atau disebut teknik ecoprint. Tak heran, di gorden putih tersebut dipenuhi bentuk daun-daun.
Seorang guru SMPN 40 Bandung Agustina mengatakan, pada awalnya, para siswa mencermati kondisi Sungai Cikapundung yang tercemar limbah kimia. Mereka kemudian berinisiatif untuk menciptakan kain yang terbuat dari pewarna alami sebagai alternatif.
Setelah melihat sendiri melalui video cara membuat gorden dengan teknik ecoprint, mereka mencoba membuat sendiri. Daun pepaya dan pandan digunakan sebagai pewarna sekaligus membentuk pola di atas kain. Setelah jadi, para siswa kelas VIII pun senang karena tak perlu lagi menggunakan gorden dengan pewarna kimia.
Sementara itu, siswa kelas IX menghasilkan pajangan dinding dari kertas bekas. Caranya, kertas bekas disobek, lalu direndam ke dalam air hingga menjadi lembut. Kertas kemudian diblender dan untuk kedua kalinya dimasukkan lagi ke dalam air. Kali ini, air dalam baskom dicampurkan pewarna hingga menyerap ke kertas.
Kertas lalu diratakan dan ketika kering, digambar sesuai kebutuhan. Maka, jadilah kalender hingga pajangan dinding estetik.
Salah seorang siswa kelas IX Violin senang bisa belajar mendaur ulang kertas. Teknik ecopaper dinilai bisa mengatasi masalah penumpukan sampah kertas di kelas.
“Manfaatnya lebih tahu daur ulang kertas dengan berbagai cara,” ucap Violin di SMPN 40 Bandung, Jumat (29/11/2024).
Adapun, sampah plastik bekas pembungkus makanan dan minuman dimasukkan ke dalam botol plastik hingga menjadi barang seperti kursi. Teknik ecobrick tersebut dilaksanakan oleh para siswa kelas VII. Dengan tiga teknik itu, pihak SMPN 40 Bandung berhasil menumbuhkan kesadaran siswa bahwa sampah tidak harus mencemari lingkungan, tetapi bisa juga didaur ulang hingga nilainya bertambah.*
No Comment