Sungai Cilamaya Tercemar, Beberapa Masalah Ini Jadi Penyebab

Kepala Bidang Konservasi Lingkungan dan Pengendalian Perubahan Iklim Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat Maria Angela Novi mengatakan, tidak adanya pelayanan pengelolaan sampah mempengaruhi pola pembuangan sampah.
Masyarakat jadi terpaksa membuang sampah sembarangan atau membakar sampah. Untuk mengatasi masalah itu, masyarakat diharapkan mengelola sampah secara mandiri di rumah.
Selain masalah sampah, pencemaran Sungai Cilamaya disebabkan oleh limbah peternakan sapi, kambing, ayam dan itik.
Sektor industri juga menyumbang masalah ke Sungai Cilamaya. Sumber pencemaran berasal industri yang berada di Purwakarta dan Sumedang dan bergerak pada sektor kertas, kimia dan pakan ternak.
“Ada 82 kegiatan industri, 29 diantaranya sudah punya instalasi pengelolaan air limbah (IPAL), sisanya belum tahu,” kata Maria acara Sosialisasi PPK DAS Cilamaya dan Edukasi Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga di Kantor Kecamatan Jatisari, Kamis (11/7/2024).
Faktor lain yang menyebabkan pencemaran Sungai Cilamaya adalah perilaku buang air besar sembarangan. Sebanyak 11.000 kepala keluarga masih buang air besar sembarangan dan limbahnya langsung masuk ke Sungai Cilamaya.
Selain itu, masalah lahan kritis juga mengakibatkan sedimentasi memenuhi Sungai Cilamaya. Menurut Maria, lahan kritis paling besar berada di Purwakarta.
Masalah sampah
Camat Jatisari Tri Warakanti menyatakan, sampah masih menjadi masalah lingkungan yang krusial. Sudah tersedia tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) di Desa Cirejag.
Namun, TPST Cirejag baru mengelola sampah dari lima desa, dari 14 desa di Kecamatan Jatisari. Dia berharap, bakal tersedia TPST yang lebih representatif dan dapat mengelola sampah dari seluruh desa.
Salah satu desa yang belum mengelola sampah di Kecamatan Jatisari yakni Desa Kalijati. Ketua PKK Kalijati Mira Agustina menuturkan, sampah biasanya dibakar oleh masyarakat karena tidak ada petugas yang mengangkut sampah dari rumah.
“Agak sulit karena warga belum terlalu sadar dan belum ada tempat pembuangan sampah,” ucap Mira.
Dia mengapresiasi kegiatan edukasi pengelolaan sampah dari Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat. Ilmu pengelolaan sampah yang diterima Mira akan dia teruskan kepada masyarakat desa. Diharapkan, masyarakat desa bisa mengelola sampah secara mandiri.*
No Comment