Tak Bisa Bayar Iuran Sekolah? Tenang, Bank Sampah Jadi Solusi
Cara ini diterapkan setahun terakhir di SMK Merdeka Bandung. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaaan SMK Merdeka Bandung Dewan Firman Sulaiman mengatakan, siswa bisa menyerahkan sampah bernilai jual ke bank sampah sekolah, seperti botol plastik, kardus, oli hingga minyak jelantah.
Menurut Dewan, banyak orangtua siswa yang memiliki bengkel sehingga pihak sekolah mendapat banyak oli bekas. Oli bekas ditampung di dalam sebuah drum di pojok sekolah.
Sementara, sampah botol plastik akan dicacah terlebih dahulu dengan mesin pencacah yang dimiliki SMKN Merdeka Bandung. Dengan demikian, harga jual sampah plastik meningkat. Semua sampah yang terkumpul kemudian dijual ke Bank Sampah Induk Kota Bandung.
Sebuah aplikasi pun dibuat oleh pihak sekolah untuk mengatur administrasi bank sampah. Dalam aplikasi itu, bisa terlihat nilai tabungan siswa dari menabung sampah.
Kepala SMKN Merdeka Bandung Wawan Mulyawan menuturkan, ide membuat bank sampah berasal dari masalah tunggakan pembayaran iuran bulanan sekolah oleh sejumlah siswa. Pendirian bank sampah menjadi solusi. Uang dari penukaran sampah bisa digunakan untuk membayar iuran bulanan sekolah yang nilainya Rp 330.000 per bulan.
“Itu win-win solution. Kita beri solusi kepada orang tua. Modalnya hanya semangat mengumpulkan sampah saja,” kata Wawan di SMKN Merdeka Bandung, Senin (3/6/2024).
Cara tersebut sekaligus bisa mendidik siswa mengelola sampah. Dia berharap, dengan munculnya kebiasaan siswa mengelola sampah, pihak sekolah bisa berkontribusi terhadap kebersihan lingkungan di lokasi berdirinya sekolah, Kecamatan Cibeunying Kaler.
“Tahun depan saya buat kebijakam siswa tiap hari harus bawa sampah dari rumah masing-masing,” ucap Wawan.
Siswa sangat terbantu dengan kebijakan pembayaran iuran bulanan dengan uang dari bank sampah. Salah satu siswa, Andika mengatakan, tabungan miliknya dari penukaran sampah pernah mencapai Rp 100.000. Dia lalu menambahkan Rp 220.000 uang pribadi sehingga bisa membayar iuran bulanan sekolah.
“Lumayan membantu untuk nambah-nambah bayar iuran sekolah. Makin semangat nabung di bank sampah,” kata Andika.
Dia kerap menyalurkan minyak jelantah ke bank sampah sekolah. Minyak itu didapat dari tempat dagang neneknya. Nenek Andika kini bisa bernafas lega dengan kehadiran bank sampah di sekolah karena pembayaran iuran sekolah menjadi lebih ringan.*
No Comment