Tempat Ini Jadi Pemukiman Terbaik dalam Pengelolaan Sampah di Bandung
Ketua Seksi Lingkungan RW 13 Rini Yulianingsih mengatakan, pada awalnya, masyarakat membiasakan diri memisahkan sampah anorganik lalu dijual ke bank sampah kelurahan. Ada juga sampah anorganik yang dijadikan barang kebutuhan rumah, seperti tempat tisu dan bungkus lampu. Kebiasaan itu dilakukan sejak tiga tahun lalu.
Setahun belakangan, masyarakat semakin sadar mengelola sampah dan mulai mengelola sampah organik. Jadi, di setiap rumah warga terdapat tiga tempat sampah untuk sampah organik, anorganik dan residu.
Sampah organik dijadikan pakan maggot dan kompos. Bahkan, terdapat lahan khusus seluas 500 meter yang disediakan ketua RW untuk pengelolaan sampah organik.
Maggot kemudian diberikan untuk pakan ayam dan lele. Ada juga maggot yang dijual ke pihak luar perumahan seharga Rp 5.000 per kilogram. Setiap dua bulan, kata Rini, terjual 45 kilogram maggot. Uang hasil penjualan maggot digunakan untuk membayar tiga orang pengurus sampah organik yang direkrut masyarakat Kompleks Margawangi.
Adapun, produksi sampah organik masyarakat Kompleks Margawangi sebanyak 2 kuintal setiap bulan.
Taman
Upaya masyarakat Kompleks Margawangi dalam menjaga kelestarian lingkungan tak hanya dilakukan dengan mengelola sampah. Masyarakat juga memanfaatkan lahan kosong untuk taman.
“Di setiap RT, apabila ada lahan kosong di fasilitas umum, dijadikan taman dan ditanami tanaman seperti sosin, cabai, kacang hijau, jagung, tomat,” ucap Rini di Kompleks Margawangi, Rabu (22/11/2023).
Di perumahan itu juga terdapat lahan buruan SAE (sehat, alami, ekonomis) yang merupakan implementasi program Pemerintah Kota Bandung. Di lahan itu, masyarakat menanam terong, cabai dan tanaman lain. Untuk mengurus lahan buruan SAE, warga membuat piket penugasan.
Bahkan banyak warga yang menanam tanaman di depan rumahnya masing-masing. Ada warga yang mengaplikasikan cara menanam hidroponik, ada juga yang menanam tanaman dengan cara organic tower garden.
Kesadaran masyarakat menjaga lingkungan tak lepas dari peran kader Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Kompleks Margawangi. Seorang kader PKK Suprapti mengatakan, untuk menyadarkan masyarakat menjaga lingkungan diperlukan usaha keras.
“Setiap ada pertemuan, pengajian, posyandu, pertemuan PKK, majelis taklim, kami beri edukasi menjaga lingkungan kepada masyarakat,” ucap Suprapti.
Dalam pertemuan RT, warga juga dilatih praktik langsung memilah sampah. Usaha keras itu tak sia-sia. Hasilnya, selain mendapat penghargaan, lingkungan Kompleks Margawangi sangat bersih dan rapi.*
No Comment