Blog

Tidak Sembarangan, Tong Sampah Biokonversi Bisa Cegah Banjir

KOTA BANDUNG – Inovasi sederhana bisa mencegah masyarakat membuang sampah ke sungai. Para akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) mencoba menerapkan hal itu dengan membuat tong sampah biokonversi.

Dosen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB Ramadhani Eka Putra mengatakan, meski sederhana, proses pembuatan tong sampah biokonversi dilakukan sejak 2013. Tong sampah ini berfungsi untuk mengurai sampah organik. Cara kerjanya dalam mengurai sampah mirip dengan konsep biopori.

Tim peneliti yang terdiri dari dosen dan mahasiswa ITB membuat tong sampah biokonversi dari ember bekas cat 25 liter. Ember itu lalu dilubangi di bagian atas dan bawah dengan diameter 1,9 sentimeter.

Penentuan ukuran lubang tidak sembarangan. “Ukuran lubang penting karena kalau terlalu besar bisa masuk tikus dan kumbang. Kumbang bisa makan maggot di dalam ember,” kata Ramadhani di ITB, Selasa (7/11/2023).

Setelah dilubangi, tong sampah biokonversi siap menampung sampah organik sebanyak 3 kilogram hingga 5 kilogram. Masukkan juga maggot dan cacing tanah ke dalam tong sampah biokonversi. Kemudian, letakkan tong sampah di dalam tanah hingga tanah menutup hampir seluruh tong sampah, lalu tutup tong sampah.

Dikatakan Ramadhani, sampah organik 3 kilogram hingga 5 kilogram akan diurai oleh maggot dan cacing selama tiga hari di dalam tong sampah biokonversi. Setelah sampah terurai, sampah organik yang baru bisa dimasukkan lagi ke dalam tong sampah.

Lubang pada tong sampah menjadi jalan keluar masuk cacing tanah dan oksigen dalam mengurai sampah organik. Lubang juga berfungsi untuk mengalirkan air hujan ke tanah. Dengan demikian, tong sampah ini bisa berfungsi mencegah banjir.

“Kalau hujan deras, air yang bisa mengalir melalui lubang ke tanah bisa 100 liter per jam. Bisa kurangi genangan air hujan 10 sentimeter,” ucap Ramadhani.

Hal ini menjadi keunggulan tong sampah biokonversi dibandingkan dengan sistem biopori. Ukuran paralon dan lubang yang kecil pada biopori mengakibatkan volume air hujan yang dialirkan ke tanah juga kecil.

Berbagai daerah

Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB Acep Purqon menambahkan, penggunaan tong sampah biokonversi dimulai oleh masyarakat Cianjur. Saat terjadi gempa pada akhir 2022, masyarakat tidak memiliki solusi pembuangan sampah sehingga terpaksa membuang sampah ke sungai.

Untuk mengatasi hal itu, tim ITB memberikan tong sampah biokonversi kepada masyarakat Desa Sukaratu, Cianjur. Kegiatan itu sekaligus bentuk pengabdian kepada masyarakat. Selanjutnya, tong sampah biokonversi juga diberikan kepada masyarakat Tasikmalaya, Garut dan Bandung.

Pembuatan tong sampah biokonversi yang sederhana diharapkan bisa ditiru masyarakat awam sehingga manfaatnya dirasakan lebih banyak orang.*

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.