Wow, Dari Sampah Bisa Jadi Sabun Cuci yang Lembut di Tangan

Para anggota Bank Sampah Ikhtiar berhasil menciptakan sabun itu menggunakan cairan eco enzyme. Eco enzyme terbuat dari buah dan kulitnya yang dicampur dengan cairan molase, lalu difermentasi selama tiga bulan.
Untuk dijadikan sabun cuci piring dan baju, eco enzyme dicampurkan dengan minyak kelapa berbentuk metil ester sulfonat (MES), garam dan air. Ketua Bank Sampah Ikhtiar Lina Gusmantina mengatakan, minyak kelapa berfugsi sebagai pembersih saat mencuci baju dan piring.
Dari pengalamannya sendiri, minyak goreng yang menempel di piring langsung hilang berkat sabun cuci piring buatan Bank Sampah Ikhtiar. Begitu juga dengan noda di kaos kaki yang hilang saat direndam sabun buatan Lina dan kawan-kawan.
“Kelebihan sabun ini lembut ke tangan dan ramah lingkungan,” kata Lina di Bank Sampah Ikhtiar yang berlokasi di RW 15 Kelurahan Jatihandap, Kecamatan Mandalajati, Kamis (6/2/2025).
Dari penelitian yang dibaca Lina, MES mudah terurai di tanah. Oleh karena itu, bahan tersebut menjadi pilihan pembuatan sabun oleh Bank Sampah Ikhtiar.
Sabun ramah lingkungan itu diminati oleh masyarakat sekitar bank sampah. Detergen cair yang sudah dikemas di dalam botol dijual seharga Rp 15.000 per 500 mililiter. Adapun, sabun cuci piring dijual seharga Rp 10.000 per 450 mililiter.
Selain dua produk tersebut, Bank Sampah Ikhtiar juga membuat karbol pembersih lantai yang juga berbahan eco enzyme. Cairan itu kemudian dicampur dengan getah pinus dan kamper. Harga karbol sebanyak 250 mililiter yaitu Rp 6.000.
Dikatakan Lina, sabun dan karbol dari eco enzyme diproduksi sejak satu tahun terakhir.
Awalnya, cairan eco enzyme hanya digunakan untuk menyuburkan tanaman.
Lina punya satu kiat dalam pembuatan eco enzyme, yakni buah dan kulit yang dipilih harus masih segar dan tidak dalam kondisi busuk. Biasanya, buah dan kulit dalam kondisi seperti itu bisa didapat dari penjual jus.*
No Comment