Blog

Wow, (Nyaris) Nol Sampah di SDN 218 Sarijadi

KOTA BANDUNG- Semakin banyak masyarakat di Bandung yang berupaya menerapkan gaya hidup nol sampah, termasuk siswa dan guru SDN 218 Sarijadi. Sampah yang dihasilkan SDN 218 Sarijadi hanya sekitar 1 kilogram per bulan. Bagaimana caranya?

Guru SDN 218 Sarijadi Khotib Fathoni mengatakan, salah satu strategi menciptakan gaya hidup nol sampah adalah tidak menyediakan tempat sampah di setiap kelas. Tempat sampah di SDN 218 Sarijadi hanya tersedia di satu titik.

Pihak sekolah mewajibkan siswa membawa pulang sampah yang dihasilkan ke rumah. Jadi, sangat sedikit sampah yang dibuang di sekolah.
Upaya lainnya untuk mengurangi sampah adalah dengan membawa tempat makan dan minum dari rumah. Apabila siswa ingin jajan di luar sekolah, maka makanan dan minuman diwadahi di tempat makan dan tempat minum pribadi. Jadi, sangat sedikit sampah plastik yang dihasilkan di SDN 218 Sarijadi.

Di setiap kelas juga disediakan air isi ulang sehingga siswa tidak perlu jajan air kemasan yang berpotensi menimbulkan sampah.

Dampaknya, sampah anorganik yang terkumpul setiap bulan di SDN 218 Sarijadi hanya 0,4 kilogram, sedangkan sampah residu 0,64 kilogram.

Untuk mengelola sampah anorganik dan residu, pihak sekolah bekerja sama dengan bank sampah dan pemulung sampah. Adapun, sampah organik dimanfaatkan untuk kompos dengan sistem bata terawang maupun ditimbun di dalam tanah.

Siswa dan guru yang bertanggung jawab mengelola sampah, mulai dari memilah hingga mengompos. Setiap Jumat, sampah di tempat sampah dipilah oleh guru dan siswa. Kemudian, petugas kebersihan hanya bertugas menyerahkan sampah anorganik dan residu yang telah terpilah kepada bank sampah.

Tak hanya rajin memilah sampah, siswa SDN 218 Sarijadi juga terampil mengelola sampah. Bahkan, mereka telah bisa membuat mikro organisme lokal (MOL) yang digunakan untuk mempercepat pengomposan dan eco enzym yang berfungsi menyuburkan tanaman.

“Setiap Jumat ada gerakan pungut sampah, siswa bawa air beras, siramkan ke rumah daun dan bata terawang untuk mempercepat pengomposan,” kata Khotib di SDN 218 Sarijadi, Senin (5/1/2024).

Seorang siswa SDN 218 Sarijadi Azzahra mengatakan, dengan ikut serta mengelola sampah, dia menjadi tahu bahwa sampah bisa dimanfaatkan, salah satunya menjadi kompos dan MOL. Dengan demikian, tidak tidak lagi membuang sampah dan memilih memanfaatkan sampah.

Azzahara pun telah mampu membuat MOL dan eco enzym setelah praktik bersama teman dan guru. MOL dan eco enzym dibuat dari sayuran dan buah-buahan dari taman belakang sekolah. Siswa kelas VI ini juga sudah fasih menjelaskan tentang jenis-jenis sampah organik, anorganik dan residu.

Kepala SDN 218 Sarijadi Nenden Noer Kusmawati menambahkan, guru kelas selalu mengingatkan siswa untuk meminimalisir sampah. Sebelum pulang sekolah, siswa diminta mengecek keberadaan sampah di mejanya dan membawa pulang sampah. Guru juga mengawasi siswa apakah menggunakan tempat makan dan tempat minum sendiri saat jam istirahat. Nyatanya, hampir seluruh siswa makan dan minum dari wadah yang dibawa sendiri sehingga meminimalisir sampah plastik.

Nah, kalau siswa SD saja sudah secanggih ini meminimalisir dan mengelola sampah, yuk orang dewasa juga ikut melakukan hal serupa.*

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.