Yuk, Contoh Berbuka Puasa Minim Sampah di Masjid Al-Lathiif

Ketua Akhwat Masjid Al-Lathiif Wida Agusniati mengatakan, volume sampah yang berpotensi muncul saat berbuka puasa tergolong besar. Hal itu karena jumlah jamaah yang berbuka puasa di Masjid Al-Lathiif biasanya mencapai 300 hingga 700 orang. Bahkan, pada sepuluh hari terakhir, jumlah jamaah mencapai 2.500 orang.
Untuk mengurangi volume sampah, pengurus Masjid Al-Lathiif mengikuti program masjid berkah (bersama kurangi sampah) yang diinisiasi Pemerintah Kota Bandung. Dalam program tersebut, pengelola masjid dibimbing cara mengelola sampah dan diberi fasilitas pengelolaan sampah, salah satunya tempat sampah.
Bimbingan dimulai sejak Januari 2025 hingga Februari 2025 sehingga saat Ramadan, Masjid Al-Lathiif sudah siap menerapkan pengelolaan sampah.
Sampah diupayakan dikurangi oleh pengurus masjid dengan cara menyediakan piring dan gelas sebagai wadah makanan dan minuman berbuka puasa. Apabila jamaah ingin menambah minuman, bisa mengisi ulang dari dispenser yang tersedia di Masjid Al-Lathiif.
Pengurus masjid merekrut pekerja untuk mencuci semua piring dan gelas setelah dipakai jamaah.
“Penyediaan gelas dan piring oleh pengurus masjid tidak merugikan karena menggantikan biaya pembelian kemasan makanan dan minuman sekali pakai,” ujar Wida di Masjid Al-Lathiif, Jalan Saninten Nomor 2, Kecamatan Bandung Wetan, Senin (10/3/2025).
Untuk menghindari kekurangan piring dan gelas, jamaah diminta untuk membawa tempat makan dan minum sendiri.
Jamaah juga diimbau untuk tidak menyumbang makanan dan minuman dalam kemasan plastik. Sebagai ganti, makanan dan minuman yang disumbang diharapkan menggunakan kemasan yang bisa dipakai berulang.
Pengelolaan sampah
Setelah berbuka puasa, sampah yang dihasilkan dibuang ke tempat sampah yang sesuai peruntukkannya. Tempat sampah dipisah berdasarkan empat kategori, yakni sampah organik, kertas, plastik dan residu.
Sampah makanan menjadi sampah terbanyak dengan volume 17 kilogram per hari. Sampah plastik sebanyak 2 kilogram, sampah dus 9,5 kilogram dan residu 3 kilogram.
Dikatakan Wida, sampah kemudian dikelola. Sampah organik dijadikan pakan maggot.
Sementara, sampah plastik dan kertas dijual ke pengepul. Tersisa sampah residu yang dibuang ke tempat pembuangan sementara.
“Cuma tiga kilogram sampah residu yang ke TPS (tempat pembuangan sementara). Tahun sebelumnya, semua sampah dibuang ke TPS karena belum dikelola,” kata Wida.
Wida merasa senang sekaligus lega karena tahun ini hanya sampah residu yang dibuang ke tempat pembuangan sementara. Dengan begitu, pengurus dan jamaah Masjid Al-Lathiif sudah menjadi bagian masyarakat yang menyelamatkan bumi.*
No Comment