Berkat Sampah, Para Perempuan di Cijerah Menjadi Berdaya
Para ibu yang tergabung dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) banyak berjasa mengelola sampah. Mereka lah yang pada pagi hari dua hari sepekan yaitu pada hari Selasa dan jumat mengangkut sampah organik dari rumah warga. Sampah lalu diserahkan ke pengelola rumah maggot.
Para Ibu juga lah yang mengelola sampah anorganik, seperti botol plastik yang diserahkan ke bank sampah.
Untuk sampah residu seperti saset bekas makanan dan minuman, dimanfaatkan untuk kerajinan tangan, seperti yang dilakukan Masitoh, anggota PKK RW 04.
Siang itu, Kamis (7/3/2024), Masitoh sebagai anggota Pokja 3 PKK kelurahan memperlihatkan hasil kerajinan tangannya. Ada tempat tisu dari saset kopi, bunga artifisial dari plastik sedotan, hingga tempat telepon seluler dari kain bekas. Dia mengumpulkan sampah residu dari warga sekitar.
Masitoh belajar membuat kerajinan tangan dari sampah melalui pelatihan-pelatihan dan YouTube. Hasil kreativitas ibu Masitoh diminati masyarakat setempat sehingga menghasilkan uang bagi dia.
“Harga kerajinan ini seridhonya. Ada waga yang ngasih Rp 10.000, 20. 000,” ucap Masitoh di Kelurahan Cijerah, Kamis (7/3/2024).
Lurah Cijerah Kartila Muna Elza, S.Pd, M.AP menuturkan, dengan mengelola sampah, para ibu telah mengisi waktu dengan hal positif. Para perempuan di Cijerah sebagian besar merupakan ibu rumah tangga.
“Daripada nongkrong-nongkrong, lebih baik melakukan hal positif. Ada rejeki dari hasil penjualan barang daur ulang dari sampah,” kata Elza.
Selain menghasilan uang, pengelolaan sampah oleh para ibu juga telah membuat lingkungan di Cijerah bersih. Jadi, sekali mendayung, dua pulau terlampaui.
Dikatakan Elza, ketika terjadi kebakaran tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Sarimukti, semua elemen di Kelurahan Cijerah berusaha untuk memberlakukan kebiasaan baru, yaitu memilah sampah organik dan anorganik. Langkah itu berawal dari kolaborasi antara lurah dan jajaran, PKK Kelurahan Cijerah, PKK RW 4 dan LPM Kelurahan Cijerah. Mereka mengedukasi masyarakat di RW 4 untuk memilah sampah.
Dengan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung, program pengolahan sampah dilanjut dengan beberapa metode, yaitu magotisasi, karung ember kompos (kang empos), loseda atau lodong sesa dapur, bata terawang dan tong sesa dapur (tongseda).*
No Comment