Dari Sampah Jadi Kebun Sumber Penghidupan
Sudah setahun masyarakat RW 8 Cisaranten Kulon mengelola sampah organik yang jumlahnya mencapai 2 ton per bulan. Ketua RW 8 Cisaranten Kulon Aam Imron Mausili mengatakan, sampah organik berperan menyuburkan tanaman di kebun RW 8.
Lahan kebun itu milik Aam yang ia manfaatkan menanam tanaman untuk dinikmati bersama masyarakat RW 8.
Sebelum menanam, Aam biasanya memasukkan sampah organik ke dalam lubang sedalam 0,5 meter yang telah ia gali. Jumlah sampah organik yang dimasukkan sekitar 50 kilogram. Kemudian, sampah organik dicampur dengan daun dan tanah dengan perbandingan 1:1:1.
Lahan lalu didiamkan dan ditutup plastik selama sepekan hingga tumbuh jamur putih. Kemunculan jamur putih menandakan lahan siap ditanami tumbuhan.
Aam menanam berbagai tanaman di lahan tersebut, mulai dari sayuran, buah-buahan hingga tanaman besar, seperti rambutan, kelapa, jambu air, dan ketapang. Aam membagi lahan menjadi petak-petak yang lebarnya 1,5 meter dan panjang 3 meter.
Menurut Aam, tumbuhan di kebun tumbuh subur karena kandungan dalam sampah organik, seperti kalium dan natrium dari cangkang telur, dibutuhkan tanaman.
Setiap dua pekan, lahan diberi pupuk organik cair yang juga dibuat dari sampah organik buangan masyarakat. Adapun, air untuk tumbuhan berasal dari dalam tanah. Menurut Aam, dengan digali sedalam 0,5 meter, air tanah sudah muncul.
Aam konsisten menanam minimal satu tumbuhan setiap hari di kebun. Banyaknya tanaman membuat kebun pun lebat.
“Saya ingin kebun ini nantinya menjadi hutan kampung,” ucap Aam ditemui di RW 8 Cisaranten Kulon, Senin (27/11/2023).
Kebun di RW 8 menjadi satu-satunya ruang terbuka hijau di sekitarnya. Pemukiman sudah memadati daerah tersebut hingga tak ada lahan luas tersisa.
Sumber Pangan
Selain menjadi lahan terbuka hijau, kebun tersebut menjadi sumber pangan murah bagi masyarakat RW 8. Dikatakan Aam, masyarakat bisa mengambil hasil panen dengan membayar tanpa patokan harga. Aam juga memperbolehkan masyarakat mengambil hasil panen tanpa membayar seperser pun.
Dia sudah pernah enam kali memanen terong ungu dari kebun itu. Sekali panen dari lima pohon terong menghasilan 3 kilogram terong.
Siang itu, ada Keke yang mengambil kangkung dari kebun di RW 8. Ia memberikan Rp 20.000 kepada Aam untuk beberapa ikat kangkung.
“Kalau sengaja beli sayuran organik dari luar harganya mahal,” ujar Keke.
Keke sudah biasa mengambil tanaman dari kebun yang lahannya milik Aam tersebut. Selain kangkung, dia biasanya mengambil cabai rawit dan leunca untuk konsumsi pribadi.
Selain Keke, banyak Ibu lain juga kerap membeli hasil panen dari kebun RW 8. Mereka juga lah yang memberikan sampah organik untuk pertumbuhan tanaman di kebun itu.*
No Comment