Dari Sampah Jadi Uang
Masyarakat Gang Situsaeur telah terbiasa mendaur ulang sampah nonorganik sejak didirikan bank sampah di lingkungan itu pada 2020. Pot-pot bunga yang berjejer di kedua sisi gang merupakan hasil karya masyarakat yang dibuat dari galon air mineral bekas. Agar tampil menarik, galon itu dicat berwarna-warni.
Ketua Bank Sampah Bebersih, Bebenah, Babanda (Bebeb) Dedi Kusnadi mengatakan, selain untuk keperluan pribadi, pot bunga juga dijual kepada masyarakat kelurahan lain maupun kantor pemerintah. Satu pot bunga dijual Rp 15.000.
Selain pot, para Ibu di gang tersebut juga membuat jepit dan ikat rambut dari kain perca sisa milik pengusaha konveksi. Barang-barang itu dijual Rp 3.000 hingga Rp 5.000. Pembelinya adalah warga sekitar maupun pengguna media sosial karena pemasaran dilakukan melalui media sosial.
“Uangnya untuk kegiatan Ibu-ibu dan untuk pemeliharaan, pengecatan, perbaikan bank sampah,” kata Dedi di Bank Sampah Bebeb, Jumat (17/11/2023).
Sampah saset kopi juga dikreasikan masyarakat menjadi tas. Selain itu, barang lain seperti ban bekas dimanfaatkan untuk membuat tempat duduk.
Tabungan
Perputaran ekonomi di Gang Situsaeur juga terjadi karena sampah nonorganik yang diberikan masyarakat ke Bank Sampah Bebeb ditukar dengan uang. Uang biasanya tidak diambil langsung oleh masyarakat, melainkan ditabung.
“Apabila tabungan telah banyak, masyarakat bisa menukar uang tabungan dengan beras dan minyak,” ujar Dedi
Sejumlah warga lain memilih mencairkan tabungannya dalam bentuk uang tunai saat Ramadan. Kedepan, pengelola bank sampah berencana memperbanyak pilihan manfaat yang bisa ditukar dengan sampah, seperti token listrik.
Dikatakan Dedi, sampah nonorganik yang terkumpul setiap pekan dari masyarakat RW 01 Kelurahan Situsaeur mencapai 400 kilogram. Adapun, jumlah anggota Bank Sampah Bebeb saat ini sebanyak 120 kepala keluarga.*
No Comment