Kelola Sampah Mandiri, Unpar Ingin Ciptakan Kampus Zero Waste
Baik sampah organik dan anorganik dikelola di dalam kampus dengan berbagai metode. Apabila memperhatikan taman-taman di Unpar, akan terlihat lubang-lubang biopori yang merupakan salah satu metode pengelolaan sampah organik.
Selain biopori, sampah organik juga dikelola menjadi kompos. Tenaga Kependidikan Unpar Michael Wasito mengatakan, Unpar memiliki tiga mesin pencacah sampah organik. Sampah yang telah tercacah kemudian dijadikan kompos untuk menyuburkan tanaman di Unpar. Sebagian kompos juga dibagikan kepada masyarakat sekitar Unpar.
Pihak Unpar bahkan memanfaatkan sampah organik untuk biogas. Setiap 50 kilogram sampah organik bisa menghasilkan biogas selama 4 jam. Api yang dihasilkan pun besar dan biru.
Sementara itu, sampah anorganik dari Unpar dijual ke bank sampah dan salah satu perusahaan rintisan pengelola sampah anorganik. Semua warga Unpar bisa langsung menyetor sampah anorganik ke dalam boks yang disediakan perusahaan rintisan itu. Sebagai imbalan, mereka yang menyetor sampah mendapatkan uang elektronik.
Unpar pun tak membuang sembarangan sampah elektroniknya. Terdapat boks penampung sampah elektronik yang disediakan oleh perusahaan rintisan itu dan kemudian sampah elektronik akan dikelola.
Zero waste
Unpar tergolong serius mengelola sampah mereka yang mencapai tujuh meter kubik setiap hari dari empat lokasi kampus dan Unpar Guest House. Tiga mesin pencacah sampah organik pun dibeli dengan dana universitas.
Dikatakan Wasito, Unpar berkomitmen menciptakan lingkungan kampus yang bersih.
“Pada tahap kedepan harus zero waste,” ucap Wasito di Kampus Unpar, Kamis (14/3/2024).
Saat ini, jenis sampah dari Unpar yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) hanya residu berupa tisu. Berkat pengelolaan sampah yang serius, Unpar telah berhasil menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi semua warga kampus.*
No Comment