Lebih Praktis Mengompos dengan Teknik Kang Empos
Warga RW 11 Kelurahan Derwati, Kecamatan Rancasari menerima seperangkat peralatan Kang Empos dari Pemerintah Kota Bandung pada akhir November 2023. Teknis Kang Empos dijalankan dengan menggunakan ember bekas cat, karung, gabah, kompos, dan tanah.
Ketua RW 11 Ane mengatakan, penerapan Kang Empos cukup sederhana. Masukkan karung ke dalam ember untuk menampung material-material pengomposan. Kemudian, masukkan gabah, kompos lalu sampah organik yang telah dipotong-potong.
Terakhir, masukkan tanah dan tutup ember dengan penutupnya.
Diamkan selama satu bulan dan tumpukan material itu akan menjadi kompos. Ane sudah mencoba menggunakan kompos hasil Kang Empos sebagai media tanam dan hasilnya tanaman tumbuh dengan baik.
“Kang Empos lebih gampang. Tidak memakan tempat, tinggal ditutup embernya,” ucap Ane ditemui di Kelurahan Derwati, Kamis (14/12/2023).
Seorang warga, Teti menuturkan, keunggulan lain Kang Empos adalah tidak menimbulkan bau busuk. Ember pun bisa diletakkan di mana saja. Ada warga yang menyimpannya di dapur. Sementara, Teti meletakkan ember Kang Empos di pinggir jalan depan rumahnya.
Menurut Teti, penerapan teknik Kang Empos tidak susah. Setelah karung penuh dengan kompos dan warga ingin mengompos kembali dari awal, tinggal masukkan karung baru.
“Saya sarankan ke Ibu-ibu yang terima Kang Empos, karungnya beli sendiri, bisa pakai karung bekas beras. Kalau komposnya habis, kompos yang sebelumnya sudah jadi bisa digunakan lagi,” kata Teti.
Kelebihan Kang Empos
Kang Empos melengkapi teknik pengelolaan lain sampah organik di RW 11 Kelurahan Derwati. Sebelumnya, warga sudah menerapkan teknik pengelolaan sampah organik berupa loseda dan bata terawang.
Menurut seorang warga, Yuli, masing-masing teknik pengelolaan sampah memiliki kelebihan dan kekurangan.
Pengelolaan sampah dengan teknik Kang Empos bisa dilakukan di mana saja sehingga warga yang lahan rumahnya sempit bisa menerapkannya. Namun, jumlah sampah yang bisa diolah menjadi kompos terbatas mengikuti ukuran ember.
Sementara, dengan teknik bata terawang, sampah yang diolah banyak. Namun, untuk mengaplikasikan teknik itu diperlukan lahan yang luas.
Pengomposan dengan teknik bata terawang juga memerlukan waktu panjang hingga enam bulan. Berbeda dengan Kang Empos yang hanya membutuhkan waktu satu bulan untuk mengubah sampah organik dan material lain menjadi kompos.
Sementara, pengomposan dengan teknik loseda dinilai lebih praktis karena tidak perlu material lain untuk pengomposan. Proses pengomposan dilakukan secara alamiah oleh cacing tanah. Namun, untuk menerapkan teknik ini, warga harus memiliki lahan di rumahnya, meskipun tidak seluas untuk keperluan teknik bata material.
Nah, setelah tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing teknik, Anda lebih memilih teknik pengomposan yang mana? Sesuaikan saja dengan sarana prasarana yang tersedia dan kenyamanan dalam melakukan pengomposan.*
No Comment