Lewat Proyek, Siswa SMA Belajar Mengelola Sampah
Salah satu sekolah yang memberikan edukasi lingkungan melalui proyek adalah SMAN 15 Bandung. Wakil Kepala SMAN 15 Bandung Lusyana Widjaja mengatakan, proyek dimulai dari menganalisa masalah sampah di sekolah. Lalu, siswa didorong untuk berpikir mencari solusi agar sekolah bersih dan langsung praktik mewujudkan idenya itu.
Ide para siswa berbeda-beda. Ada siswa yang mengumpulkan sampah daun untuk dibuat pakaian. Ada pula siswa yang memanfaatkan galon air mineral yang tidak terpakai untuk membuat pot tanaman.
Sampah plastik yang terkumpul juga diserahkan ke bank sampah. Uang hasil penukaran sampah diivestasikan ke saham atas nama siswa. Dengan cara itu, diharapkan siswa dapat mengelola uang sejak dini.
Selain itu, tentu saja melalui proyek ini, siswa diharapkan paham cara mengelola sampah. “Hal yang perlu diingat, sekolah perlu sehat, ujung tombaknya adalah siswa harus paham tentang kebersihan. Kami sarankan siswa paham kelola sampah itu seperti apa,” ujar Lusyana di SMAN 15 Bandung.
Kegiatan proyek menjadi bagian Kurikulum Merdeka yang disebut Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Menurut Lusyana, setelah melaksanakan proyek, tampak perubahan dalam diri para siswa.
Para siswa terbiasa mengurangi penggunaan sampah plastik. Hampir seluruh siswa membawa tempat makan dan minum sendiri agar sampah plastik berkurang.
“Dampaknya bisa dilihat, di SMAN 15 Bandung setiap hari sampah mulai berkurang,” ucap Lusyana.
Salah seorang siswa kelas X SMAN 15 Bandung Mohammad Wisam mengatakan, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dilaksanakan selama tiga hingga empat bulan. Pada awalnya, siswa diberikan materi terlebih dahulu tentang gaya hidup nol sampah. Termasuk, bagaimana meminimalisir pemakaian produk yang menghasilkan sampah sulit diolah, seperti botol plastik.
Setelah itu, siswa membuat produk dari sampah. Siswa kelas X membuat pot bunga dari galon air mineral.
Wisam tertarik melaksanakan proyek tersebut karena memberikan dampak positif kepada dirinya dan sekolah. Sekolah menjadi lebih bersih dan teratur.
Wisam pun dalam kehidupan sehari-hari mulai terbiasa membawa tas kain ketika belanja. Orangtua Wisam bahkan merasa senang dan mendukung kebiasaan baru anaknya itu.
Pendidikan lingkungan lewat proyek telah mengubah kondisi sekolah dan karakter siswa sekaligus. Siswa menjadi pribadi yang peduli terhadap kebersihan lingkungan, sekolah pun menjadi tempat yang bersih dan nyaman untuk belajar.*
No Comment