Kepala Dinas Kehutanan Jabar Epi Kustiawan mengatakan, awalnya Gubernur menugaskan penanaman 25 juta pohon namun ditantang hingga 50 juta pohon.
“Emang berat kalua sendiri. Ini 40 juta bibit pohon merupakan hasil kolaborasi semua pihak. Termasuk masyarakat yang menyumbang pohon seperti yang mau nikah nyumbang 10 pohon, yang ulang tahun juga nyumbang. Kemudian yang ASN naik pangkat maupun promosi juga 50 pohon nyumbang,”ucap dia dalam Jabar Punya Informasi (Japri) di halaman Museum Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (12/11/2021).
Selain itu juga, kontribusi pohon berasal dari bantuan Astrazeneca yang menyumbang 10 juta phon secara bertahan hingga 2025 mendatang.
“Kalau semua perusahaan menyumbang atau bahkan seluruh warga di Jabar menyumbang pohon setiap tahun saya optimistis lahan kritis di Jabar bisa ditangani,”ujar dia.
Dikatakan Epi, jumlah lahan kritis di Jabar mencapai 900.000 hektare lebih, didominasi lahan kritis di luar kawasan yang mencapai 700.000 hektare lebih juga.
“Jika seluruh masyarakat Jabar berkontribusi, missal 50 juta pohon, kalau dikonvesi per hektare itu 400 pohon. Kalau 400 pohon dengan total tanam 50 juta dapat menangani 125.000 ha. Jadi program ini harus diteruskan menuju Jabar green province,”ujar dia.
Dengan pemulihan kritis dengan menanam lahan kritis dengan tanaman keras, maka hal itu dapat mencegah banjir juga.
“Berbicara lahan kritis kemudian banjir itu kita dasarnya adalah Perda nomor 20 tahun 2014 tentang pengelolaan daerah aliran sungai di mana di dalam Perda tersebut disebutkan bahwa Jawa Barat ada yang dilakukan pertama ada DAS yang harus di dipelihara ini luar biasa ada 59 Das dengan komposisi luasnya 2,9 juta hektare atau 79% dari luas Jawa Barat,”ujar dia.
Dengan kondisi tersebut harus dilakukan optimalisasi penggunaan lahan, kemudian pemeliharaan tangkapan air, pelestarian keanekaragaman hayati, peningkatan kepedulian dan peran pemangku kepentingan dan peningkatan koordinasi integrasi sinkronisasi dan sinergi.
“Kemudian dari DAS ini kita dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan ada keputusan bahwa di Jawa Barat itu luas lahan kritis nya ada 911.000 hektare dan di antaranya 714.959 hektare jadi tanggung jawab semua pemiliknya juga jutaan jadi dari 700 ribuan hektar itu pemiliknya jutaan,”ujar dia.
Contohnya DAS Hulu Citarum yang kritis ada kurang lebih 77.000 hektare. Yang di dalam kawasan itu hanya 15.000 hektare dan sisanya 61.000 hektare itu ada di luar kawasan. Di sana terdapat ratusan ribu pemilik lahan.
“Untuk mengatasi ke kerusakan di luar kawasan dengan surat edaran pak gubernur dasarnya lahan kritis itu berarti harus pemerintah provinsi yang di fokus sehingga lahirlah gerakan tanam pelihara 50 juta pohon. Alhamdulillah ternyata surat edaran itu disambut masyarakat demikian kelebihannya dan sekarang sudah dilaunching bulan Agustus 2020 ditargetkan selesai Desember 50 juta pohon,”katanya.
Epi menambahkan, pihaknya memandang lahan kritis itu bukan kendala, bukan masalah tapi potensi karena itu merupakan sumber modal untuk pembangunan. Dari lahan-lahan itu masyarakat bisa menanam misalnya dengan contoh agroforesty.
“Metode penanaman dengan menggabungkan komoditas kehutanan dan pertanian dimana tidak hanya pohon saja tapi juga buah-buahan dan juga dibuat jarak tanam sedemikian rupa sehingga masyarakat masih bisa memanfaatkan lahannya untuk tanaman pertanian. Jadi ekonomi dapat, konservasi juga dapat,”ucapnya.(*)
No Comment