Blog

Ancaman Kontaminasi Mikroplastik Dalam Galon Sekali Pakai

Galon sekali pakai diklaim praktis tapi apakah aman? Data BPS tahun 2016 menyebutkan lebih dari 31% masyarakat Indonesia memperoleh sumber konsumsi air minumnya dari air minum dalam kemasan atau AMDK. 
Dikutip dari akun instagram resmi @greenpeace.id, Afifah Rahmi Andini periset utama kampanye plastik Greenpeace Indonesia.
“Angka ini terus bertambah dan galon sekali pakai hadir seiring dengan tingginya konsumsi AMDK,”tulis Afifah.
Sayangnya, inovasi dalam galon sekali pakai tidak lantas menghilangkan potensi kontaminasi partikel asing dalam air minum yang dikonsumsi masyarakat.
Laboratorium Kimia Organik Universitas Indonesia dan Greenpeace Indonesia melakukan penelitian terhadap 2 sampel air galon sekali pakai yang beredar di wilayah Jabodetabek. Hasilnya air dalam galon sekali pakai terkontaminasi mikroplastik. 
Kedua sampel air galon sekali pakai sama-sama terkontaminasi mikroplastik jenis dengan jumlah partikel yang berbeda. Di mana saat itu sampel A mengandung 95 juta partikel per liter dan sampel B mengandung 85 juta partikel per liter.
Karakter mikroplastik yang terkandung dalam sampel mayoritas berbentuk serpihan atau fragmen kecil berukuran 2,44 hingga 63,65 mikrometer.
Mikroplastik di sumber mata air 
“Untuk mengetahui dari mana asal kontaminasi mikroplastik penelitian ini juga menganalisis sumber mata air Sentul dan mata air Situ Gunung. Keduanya mengandung mikroplastik dengan ukuran 3,20 hingga 6,56 mikrometer,”tulis Afifah.
Tapi kandungan mikroplastik pada sumber mata air lebih sedikit dibandingkan dalam AMDK galon sekali pakai. Artinya keberadaan mikroplastik dalam galon sekali pakai dapat berasal dari degradasi plastik kemasan itu sendiri. 
“Estimasi konsumsi mikroplastik penelitian ini juga mengestimasi paparan harian mikroplastik dari mengonsumsi AMDK dalam sekali pakai estimasi tersebut berdasarkan data konsentrasi per liter air dalam sekali pakai dan data konsumsi masyarakat per hari,”tulisnya.
Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi sakit.
Dalam konten tersebut, Afifah menuliskan,saat ini kandungan mikroplastik dalam kedua sampel galon sekali pakai memang tidak melebihi batas aman dari WHO.
“Namun kita perlu memperhatikan juga mengonsumsinya dalam jangka panjang karena sangat berpotensi dan beresiko tinggi mempengaruhi kesehatan kita,”tutur Afifah.
“Lalu kita harus apa? Tentu kita perlu mendorong produsen AMDK untuk bertanggung jawab dengan memperhatikan pemakaian plastik pada tiap produknya. Pemerintah pun juga perlu menambah parameter pengujian mikroplastik sebagai penentu standar baku mutu air minum dalam kemasan. Jangan lupa juga untuk selalu mengonsumsi apa yang baik untuk tubuh dan lingkungan kita,”tulis Afifah.
Dia menambahkan, metode pengiriman alternatif harus menjadi pilihan utama bagi produsen, karena jelas plastik sekali pakai berpeluang mengancam kesehatan dan menambah beban lingkungan akibat daya tampung tempat pemrosesan akhir di banyak lokasi sudah melebihi ambang batas, serta masih sedikit produsen yang mempublikasikan peta jalan pengurangan sampah seperti yang telah diregulasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.(*)

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.