“Kegiatan seperti itu kami dukung sekali. Kita memang harus bisa berkolaborasi dengan berbagai pihak. Karena kita juga menyadari wilayah kerja kita cukup luas,” ujar Anang, Rabu (4/8/2021).
“Dan kita dengan segala keterbatasan sumber daya, sehingga untuk menutupi itu semua kita harus bekerjasama dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan Monash University, itu sangat membantu kami. Dan kami sangat mendukung dan mensupport kegiatan tersebut,”kata Anang melanjutkan.
Sementara itu, PPK Tatalaksana Satker BBWS Citarum R Yayat Yuliana menuturkan, kaitannya dengan kerja sama tersebut pihaknya mengarahkan pada penataan Sungai Citarik yang merupakan anak Sungai Citarum. Citarik didorong menjadi etalase atau percontohan penataan sungai yang ideal
“Kami sedang menggodog dan akan membuat semacam percontohan di Citarik (yang dibantu Monash), saya arahkan ke sana. Kenapa? Karena dari DJKN (Direktorat Jenderal Keuangan Negara) sedang membuat etalase Citarik juga. Jadi saya arahkan ke sana,” ujar Yayat terpisah.
Menurut dia, Citarik diusulkan karena harus ada satu kawasan terpadu, siapa berbuat apa, maka di sana tuntas. Hal itu dimulai stakeholder yang berperan. Misalkan aparat kewilayahan sampai ke kalangan akademisi.
“Jika misalkan kalangan akademisi turun, giat sungai turun, aparatur kewilayahan, apalagi sekarang digawangi oleh gubernur untuk membuat etalase Citarum, maka bisa terwujud,” kata dia.
Dia menambahkan, jika etalase Citarik berhasil maka apa yang dilakukan di Citarik akan direplikasi ke sungai lainnya. (*)
No Comment