Blog

BBWS Tangani Tanggul Citarum Hilir, Warga Diharapkan Turut Merawat Tanggul

KAB. BEKASI – Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum bersama pemerintah daerah dan juga Satuan Tugas Citarum Harum telah memulai penanganan tanggul di Desa Lenggahjaya, Kecamatan Cabangbungin, Kabupaten Bekasi, Kamis (6/1/2022). BBWS melakukan penanganan darurat dengan menguatkan pondasi tanggul dan meninggikan tanggul.

Sementara itu, untuk pembangunan tanggul permanen diharapkan dapat dilaksanakan tahun 2023. Untuk tahun 2022, BBWS tengah dalam proses pembangunan tanggul permanen di Kecamatan Pebayuran dan mendesain pengendalian Banjir Citarum Hilir bersama Direktorat Bina Teknik, Ditjen SDA.

Dalam keterangannya pada media, Kepala BBWS Citarum, Bastari mengatakan, tanggul yang amblas di Desa Lenggahjaya tersebut merupakan salah satu dari 21 tanggul kritis yang ada di sepanjang Sungai Citarum hilir ini. Saat ini pihaknya sedang melakukan perkuatan kontruksi darurat yang diperkirakan tuntas dalam waktu satu hingga dua pekan kedepan.

“Dari konstruksi yang sudah dikerjakan antara lain membuat krib bambu, pemasangan bronjong dan geobag, dan penimbunan tanggul oleh sektor 20, masih terjadi penurunan tanggul tanahnya. Hal itu akibat banjir dan surut cepatnya muka air Citarum maka sebagian tanggul 100 m dari 200 m tanggul yang dikonstruksi darurat mengalami penurunan,”ucapnya.

Menurut dia, adanya tanggul penurunan tersebut dikarenakan karakteristik Citarum hilir ini sungainya terbentuk dari aluvial sedimen yang lunak sehingga tanah lunak sangat dalam.

“Tanah Keras Baru ketemu di kedalaman 30-40 m sehingga memang dalam proses meandering sungai terutama pada pondasi yang lemah maka tanggul tanah sering terjadi longsoran atau sliding,” ujarnya.

Dikatakan Bastari, dari kondisi ini pihaknya akan mengkaji secara teknis lagi, dengan mengajak tim dari Balai Hidrolika dan Geoteknik Keairan (BHGK) Dit. Bina Teknik, Ditjen Sumber Daya Air.

“Nanti akan kita detailkan penanganannya tapi secara konsep kita harus membuat pondasi yang kuat di bawah tanggul tanah itu. Yang sekarang kami lakukan, kami meratakan areal yang longsor dikupas lagi karena memang beban berat timbunan tanah dapat memicu longsoran,”katanya.

“Kemudian dilakukan pancang bambu, diatasnya ada pondasi bambu, baru nanti dapat ditimbun tanggul tanah namun tidak akan setinggi yang kemarin,” tuturnya melanjutkan

Untuk keamanan tanggul, tambah dia, ada pasangan batu di belakang dan ini melihat kondisi di lapangan.

“Kami kordinasi ke camat, kades untuk memberi pemahaman pada masyarakat, di sana rumah-rumah sudah mepet tanggul. Harus ada space, harus ada ruang teman-teman bekerja,”ucapnya.

Pihaknya tidak ingin apa yang terjadi di lokasi pembangunan tanggul permanen di Pebayuran terjadi di Lenggahjaya. Pasalnya mereka tidak bisa bekerja karena masih ada rumah warga di wilayah kerja pembangunan tanggul.

“Seperti tanggul permanen Pebayuran, pelaksana yg ada belum bisa bekerja karena yang dulu kena banjir membangun di sempadan tanggul lagi dan sekarang masih dalam proses pemkab untuk mengganti rumah (merelokasi) warga agar kita bisa kerja.

“Jadi penanganan ini tidak semudah membalikan telapak tangan. Perlu kerja sama semua unsur, pentahelix. Ini sungai kewenangan pemerintah pusat tapi kan ada pemda soal tata ruang dan pembina warga masyarakat” tuturnya.

“Nah dalam hal ini kami bersama-sama, antar pemerintah pusat dan daerah kabupaten provinsi dan TNI Citarum Harum terlibat dan masyarakat serta peran media menyampaikan ini, masyarakat jangan nuntut saja tapi bagaimana berkolaborasi mengatasi musim banjir kedepan,”ujar Bastari menambahkan.

Diakui Bastari, penanganan Citarum hilir menjadi tantangan kedepan setelah pihaknya menangani kawasan Citarum hulu dengan sejumlah infrastruktur seperti Terowongan Nanjung, kolam retensi dan sodetan Cisangkuy.

Dia pun mengimbau masyarakat sekitar tanggul tetap waspada jangan lengah dan ikut merawat tanggul dengan tidak menamami tanggul dengan tanaman, dan dengan tidak memotong kaki tanggul untuk jadi tempat bangunan rumah atau warung.

“Harus jaga jarak antara tanggul dan perumahan, warga juga harus sadar resiko bertempat tinggal di dataran banjir (flood plain) dengan selalu waspad dimusim penghujan misalnya dengan menyimpan barang berharga di tempat yang lebih tinggi di rumah seperti di atas lemari,”ucapnya.(*)

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.