Untuk diketahui, lahan kritis yang ada di DAS hulu Citarum itu seluas 77.000 hektare. Dari jumlah tersebut 15.000 hektare di antaranya merupakan kawasan hutan atau yang merupakan kewenangan pemerintah pusat. Dari sisa sekitar 61.000 hektare, yang diintervensi oleh Satgas Citarum Harum yaitu seluas 53.000 hektare. Sementara sisanya merupakan lahan pemukiman, sawah, bangunan air dan lain-lain.
Hadir Ketua Pokja Penanganan Lahan Kritis Epi Kustiawan yang menyerahkan langsung pohon macademia pada Kepala Desa Mandalamekar Budi Hartono yang disaksikan oleh jajaran Muspika Cimenyan, di antaranya Kapolsek Cimenyan, serta para komunitas peduli lingkungan.
“Sesuai dengan tupoksi kami Pokja Penanganan Lahan Kritis di Citarum Harum kami melakukan rehabilitasi lahan melalui penanaman 1.000 pohon untuk lahan seluas 2,5 ha yang terdiri dari jenis pohon, MPTS ( Multy Purpose Tree Species) jenis tanaman serbaguna seperti buah-buahan,”ujar Epi usai penanaman.
Menurut Epi, kegiatan tersebut merupakan bagian dari kegiatan Pokja Penangana Lahan Kritis pada 2021 ini, di mana pihaknya menargetkan sebanyak 1.700 hektare lahan kritis dapat ditanami tanaman keras maupun MPTS.
“Tahun ini, tahun ini dari dinas kehutanan dan pusat akan distribusikan kurang lebih 7 juta pohon, kemudian dari Astrazeneca 2 juta pohon, ditambah partisipasi masyarakat,”kata dia.
Di sisi lain, Epi pun berharap pemulihan lahan kritis dapat dilakukan oleh level desa. Gubernur Jawa Barat telah menerbitkan surat edaran pemulihan lahan kritis berbasis desa.
“Di DAS CItarum ini ada kurang lebih 200 desa. Kalau satu desa dalam satu tahun bisa mengalokasikan 10.000 pohon, maka dalam waktu lima tahun pemulihan lahan kritis di DAS Citarum bisa direalisasikan dengan cepat,”kata dia.
Sementara itu, Epi menjelaskan, upaya pemulihan lahan kritis di DAS Citarum menerapkan system agroforestry di mana, penanaman lahan kritis bercampur dengan tanaman semusim dan juga tanaman yang dapat mengikat tanah. Pasalnya, lahan kritis yang ada sekarang merupakan milik masyarakat. Maka pendekatan agroforestry merupakan jalan tengah sehingga dapat diterima masyarakat pemilik maupun penggarap lahan.
Dia mencontohkan, di Kp. Buntis Desa Cimenyan Kawasan Puncak Bintang, pihaknya memberikan bibit pada petani penggarap jenis gamelina, damar, ada juga ecaliptus, jeruk, dan kopi yang ditanami satu hamparan dengan sayuran.
“Kalau mereka diminta untuk menanam pohon ya dipastikan tidak akan mau semuanya. Maka agroforestry ini yang paling pas sehingga masyarakat bisa manfaatkan lahan secara optimum. Jadi fungsi ekologi, ekonomi dan sosial ada,”ucap dia.
Diakui dia, dalam prakteknya upaya penyadaran pemilik lahan memang perlu kerja keras. Pihaknya pun gencar melakukan sosialisasi pada pemilik dan penggarap dengan agroforesty melalui penyuluh kehutanan.
“Kita itu setiap minggu selalu ada penanaman, tidak kenal hari libur dan masyarakat komunitas sudah mulai giat lagi untuk menanam, bisa kita siapkan pohonnya atau ada yang nyumbang. Alhamdulillah kesadaran masyarakat sudah tinggi,”ucap dia.(*)
Program seperti ini harus terus dikembangkan dan didukung. mengingat lahan kita semakin kritis. kasihan anak cucu kita nanti. semua stakeholder yang yang dibidangnya bisa mendukung program ini.
Tiket Kapal Laut
Program seperti ini harus terus dikembangkan dan didukung. mengingat lahan kita semakin kritis. kasihan anak cucu kita nanti. semua stakeholder yang yang dibidangnya bisa mendukung program ini.