Kepala Dinas Sumber Daya Air Jabar Dikky Achmad Sidik mengatakan, pengendalian banjir merupakan salah satu aspek di dalam pengelolaan wilayah sungai khusunya pengendalian daya rusak air. Dalam pengendalian daya rusak air, diketahui di Jabar terbagi tujuh Wilayah Sungai di Jabar. Lima sungai di antaranya secara kewenangan ada di pusat yang dua ada di kewenangan provinsi.
“Tapi bicara soal banjir tentunya kita tidak mengenal kewenangan. Artinya kita harus semua berkolaborasi bekerja sama di dalam penuntasan terjadinya banjir,”ujar Dikky dalam Jabar Punya Informasi (Japri) di Halaman Museum Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (12/11/2021).
Dalam pengendalian banjir, kata Dikkt, selama ini pihaknya sudah mengidentifikasi rawan titik-titik rawan banjir di Jawa Barat. Di setiap Wilayah Sungai terdapat rawan banjir misalnya Ciliwung-Cisadane itu ada di sekitar Bekasi kemudian di Bogor-nya juga utamanya di Kali Bekasi.
“Di samping tentunya juga kita sebagai penopang ibukota adalah bicara yang ada di Sungai Ciliwung Cisadane,”ujar dia.
Untuk Citarum, melintasi 13 Kota Kabupaten yang menurutnya lebih kompleks. Selain itu terbagi di beberapa segmen wilayah yang mempunyai ciri khas khusus, ada Citarum hulu dan Citarum Hilir.
“Di Citarum hulu itu titik-titik rawan banjir ada di Metropolitan Bandung yang menjadi acuan di sekitar Dayeuhkolot dan sekitarnya kemudian di Citarum Hilir ini titik-titiknya terbentang mulai dari sejak Bekasinya sendiri kemudian Karawang biasanya akibat Sungai Cibeet pertemuan dengan Citarum kemudian di Subang itu di sungai Cipunagara hingga ke arah Indramayu sana,”ucapnya.
Kemudian untuk di Cimanuk sendiri, ada titik-titik rawan banjir contohnya di Cirebon. Banjir besar di Majalengka kemudian di Indramayu di samping di Cimanuk hulu di sekitar Garut Ini adalah peta titik rawan banjir yang sering terjadi di wilayah Jawa Barat.
Kemudian Wilayah Sungai provinsi itu di sekitar Pelabuhan Ratu kemudian di Pangandaran dan Tasikmalaya.
Dikky pun mengungkapkan adanya pembeda karakteristik banjir di utara dan selatan Jabar.
“Kalau yang di utara itu butuh waktu lama untuk terjadi banjir artinya perjalanan banjirnya panjang karena sungainya juga Panjang. Kalau yang di selatan karena topografinya curam maka banjirnya seperti sebentar hilang habis cuman memang efek rusaknya jauh lebih besar,”ujar dia.
Adapun penanggulangannya, lanjut Dikky, untuk BBWS Ciliwung-Cisadane pemerintah pusat melalui BBWS Ciliwung itu menuntaskan pembangunan bendungan Sukamahi dan Ciawi. Kemudian untuk Bekasinya sendiri dari sejak tahun kemarin pemerintah pusat sudah menganggarkan untuk kegiatan normalisasi Kali Bekasi mulai dari pertemuan Cikeas Cileungsi hingga di Muara Cikarang Bekasi laut.
Kemudian untuk di Citarum sudah banyak yang dilakukan mulai dari Terowongan Nanjung, Floodway Cisangkuy kemudian ada pembangunan kolam retensi yang sedang dikerjakan.
“Mudah-mudahan tahun ini di Citarum hulu tuntas cuman ada dua titik yang banjir itu untuk Sungai Cilember di Melong itu masih belum ada penanganan ini ada kaitannya dengan kebutuhan pengadaan lahan,”ujar Dikky.
Untuk Citarum Hilir ke depan, kata Dikky, Kementerian PUPR akan fokus ke Citarum Hilir karena dianggap Citarum Hulu sudah jauh berkurang yaitu pembangunan beberapa Waduk mulai dari Sadawarna dan Waduk Cibeet dan Cijurai dan beberapa normalisasi sungai.
“Kemudian di wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung ini lagi menyusun master plan pengendalian banjir di Cimanuk Cisanggarung udah ada titik rawan nya tapi masterplan lagi disusun,”ucap dia.
Untuk Citanduy, tambah Dikky, itu pembangunan Bendungan Leuwikeris sudah 70% untuk mengatasi atau mengurangi dampak banjir di Citanduy Hilir di daerah Lakbok kemudian Padaherang Pangandaran.
“Kemudian di wilayah Sungai wilayah provinsi tentunya ada beberapa yang sudah kita lakukan juga yang di Pangandaran juga dibantu pemerintah pusat sudah melakukan normalisasi Sungai Cikidang untuk pengurangan banjir di Pangandaran, kemudian di saat ini juga sedang dilakukan kegiatan di Sungai Cikaso di Pameungpeuk dan ke depan kita akan melakukan studi kejadian banjir di Pelabuhan Ratu,”tuturnya.
Dari semua kegiatan tersebut, tambah Dikky, yang paling utama bagaimana kolaborasi semua pihak untuk penuntasan banjir ini.
“Karena kalau kita lihat berdasarkan kegiatan yang dilakukan BBWS maupun oleh kita tentunya kegiatan ini membutuhkan biaya yang sangat besar dan butuh waktu yang sangat Panjang,”ujar dia.(*)
No Comment