Makna dari penghormatan masyarakat Sunda terhadap padi sejatinya untuk mengurangi perilaku menyia-nyiakan padi. Orang Sunda, bahkan menganggap padi sama seperti nyawa sendiri. Selain berbagai upacara tradisi, penghormatan pada padi ditunjukkan dengan beberapa kebiasaan. Seperti misalnya seseorang dilarang membuang beras atau nasi. Ada ungkapan orang tua bagi anak-anaknya, kalau membuang-buang nasi maka nasinya akan menangis.
Anggapan-anggapan yang berkembang di berbagai daerah ini, sebenarnya merupakan hasil pemikiran akal yang tinggi. Bukan tanpa sebab, mengutip detik.com, anggap saja tiap satu orang menyisakan satu butir nasi per harinya, dan penduduk Indonesia saat ini berjumlah 250 juta jiwa. Maka dalam satu hari saja, sudah terbuang sebanyak 250 juta butir nasi yang terbuang. Tentu anggapan ini bukan merupakan data yang valid, namun agaknya bukan tidak mungkin data angka ini terjadi dalam kehidupan nyata.
Sejatinya kebudayaan nenek moyang telah mengajarkan untuk tidak menyia-nyiakan nasi sebagai makanan pokok. Seperti salah satunya tradisi yang terdapat di suku Sunda. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya kebudayaan memiliki pemikiran akal budi yang luhur. Karena pada kenyataannya dengan menghabiskan nasi tiap makannya, maka akan memberikan dampak yang signifikan dalam hal limbah makanan.
Dikutip dari Instagram Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, jika nasi sisa tidak dimanfaatkan maka nasi tersebut akan menjadi sampah dan proses pembusukan sampah makanan merupakan kontributor gas methana terbesar ketiga setelah produksi bahan bakar fosil dan peternakan. Pelepasan gas methana inilah yang mempercepat laju pemanasan global.
Limbah makanan yang terbuang begitu saja ke TPA dapat menghasilkan gas metana, dan meyebabkan efek rumah kaca. Jadi, untuk mencegah ha ini dapat dilakukan dengan mengurangi sampah organik dengan biasakan ambil porsi secukupnya dan selalu habiskan makanan.(*/fachira)
No Comment