Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jabar, Prima Mayaningtias mengatakan, sesuai dengan tema air sedunia yaitu air tanah: Membuat yang Tak Terlihat Menjadi Terlihat, menyadarkan semua pihak bahwa penggunaan air tanah yang sering kali diabaikan dan tidak terlihat namun sebetulnya sangat vital bagi kehidupan manusia.
Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, memberikan tekanan terhadap ketersediaan air dimana pada tahun 2009 ketersediaanya sebesar 1050 m3 / kapita/thn dan diprediksi ketersediaannya di tahun 2025 berkurang menjadi seperempatnya yaitu 270 m3 / kapita/thn.
“Bila ditambahkan dengan isu perubahan iklim maka tekanan yang ada akan berimplikasi pada menurunnya keberlanjutan ketahanan pangan, terjadinya konflik dan sumber kerawanan social serta menurunnya kondisi sanitasi,” tuturnya Selasa (22/3/2022).
Selain kuantitas air, maka Pemerintah provinsi telah berupaya untuk memperbaiki kualitas air terutama air sungai di Jawa Barat. Pada capaian Indeks Kualitas Lingkungan Hidup yang didalamnya terdapat indeks kualitas air, di tahun 2021 dapat dilihat bahwa nilai indeks kualitas air masih masuk dalam kriteria “Tercemar Sedang” dengan nilai IKA 43,09 poin, dan nilai IKA ini naik sebesar 0,25 poin dari IKA 2020 (42,84 poin).
“Nilai IKA ini berasal dari hasil pemantauan kualitas air sungai di 243 titik sampling yang berasal dari 11 sungai di wilayah Provinsi Jawa Barat. Beberapa program dalam pengelolaan air diantaranya Citarum Harum yang berupaya dalam mengurangi pencemaran di Sungai Citarum sekaligus berusaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat di DAS yang dalam pengelolaannya mengedepankan kolaborasi semua pihak dalam strategi kolaborasi pentahelix ABCGM,” katanya.
Menurut dia, kegiatan tersebut direplikasi pada DAS lain di Jawa Barat seperti DAS Cilamaya sehingga diharapkan mampu mengakselerasi pengurangan pencemaran dan kerusakan lingkungan.
“Kami sadari bahwa upaya yang dilakukan dalam konservasi air ini tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja, untuk itu kegiatan konservasi telah banyak dilakukan oleh masyarakat salah satunya dalam program kampung iklim atau disingkat Proklim,”ujarnya.
Upaya-upaya di tingkat tapak diantaranya pemanenan air hujan, perlindungan mata air dan resapan air dalam bentuk biopori, sumur resapan, daerah retensi banjir serta kegiatan reboisasi dan penanaman mangrove sebagai salah satu upaya untuk menahan abrasi dan infiltrasi air laut telah mulai dilaksanakan.
“Hal ini lah yang seyogyanya mulai banyak dilakukan di Jawa Barat. Marilah bersama-sama mulai dari hal yang terkecil di rumah kita dalam mengkonservasi air!” ucapnya.(*)
No Comment