Blog

Hari Peduli Sampah Nasional, Warga Diajak Refleksi Kurangi Sampah

Bertepatan dengan peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) pada 21 Februari ini, pegiat zerowaste dari kota Bandung Siska Nirmala mengajak semua pihak untuk menjadikan HPSN sebagai refleksi kontribusi terhadap kelestarian lingkungan. Terlebih jika dikaitkan dengan kondisi Sungai Citarum saat ini, di mana sampah masih menjadi persoalan yang sampai saat ini terus diperangi mulai dari pembersihan sungai dari sampah maupun edukasi pada warga agar tidak membuang sampah ke sungai dan mengelola atau mengurangi sampah dari rumah.

“HPSN ini bukan untuk diselebrasi tapi refleksi memperingati hari ini cukup di rumah, ini adalah hari kita untuk merefleksikan apa yang sudah kita lakukan untuk lingkungan, peran apa untuk lingkungan lebih baik dan lestari karena jangan dulu berpikir untuk perubahan besar kalau hal kecil saja belum dilakukan,”ujar Siska yang ditemui di Toko Nol Sampah miliknya, Minggu (21/2/2021).

Siska pun mengajak dan memberi tips bagi siapapun yang sudah tergerak hatinya untuk melakukan hal-hal kecil dengan mengurangi produksi sampah.

“Buat teman-teman yang sudah tergerak mulai gaya hidup nol sampah saat ini akses lebih mudah ketimbang ketika saya dulu 2012 memulai. Seperti toko nol sampah ini dulu belum banyak toko yang aware dan orang tertarik. Tapi dua tahun ini isu ini sudah mencuat,” ujar mantan jurnalis itu.

Menurut dia, saat ini toko kelontong yang mendukung pengurangan sampah sudah banyak. Di antaranya di Yogyakarta, Surabaya, Jakarta dan Bali.

“Teman-teman tinggal melakukan langkah sederhana dari diri sendiri. Karena untuk zerowaste butuh komitmen jangka panjang, tidak akan selesai 1-2 hari tapi bertahun-tahun ke depan. Lakukan hal yang paling gampang misal tidak menggunakan sedotan plastik,” ucap dia.

“Lakukan secara berulang, konsisten dan never go back. Kalau sudah berhasil sebulan jangan balik lagi. Kemudian naik level dengan tidak menggunakan kantong plastik tapi bawa wadah sendiri nanti akan ada efek domino dan akan ada perubahan yang lebih besar,” ucap perempuan 33 tahun itu melanjutkan.

Siska juga tidak mengonsumsi makanan yang berkemasan sehingga dia lebih mengonsumsi makanan natural. Sampah yang dihasilkan dari bahan alami yang digunakan diolah dengan mengompos dengan sistem kompos Takakura.

“Kenapa kompos karena kompos selesaikan 50 persen masalah sampah. Setelah kompos ya kurangi makanan tanpa kemasan seperti mi instan, saya sekarang sudah tidak makan mi instan lagi banyak makanan yang natural,” ujar dia.

Sementara itu terkait program Citarum Harum, Siska mengaku memiliki cerita pribadi tersendiri. Dia yang memiliki latar belakang pecinta alam UPI (Mapala) sempat berinteraksi di Citarum.

“Saya sangat senang ada gerakan untuk peduli dengan sungai ini lebih baik. Ini gerakan yang harus dilanjutkan karena ini sebuah kerja yang panjang untuk selesaikan Citarum yang tidak sederhana ini,” kata dia.

“Citarum harus didukung semua pihak. Sebagai individu meski tidak terjun langsung ke Citarum, minimal tidak memproduksi sampah yang mungkin akan berakhir di Citarum apalagi orang Bandung deket sama Citarum,” tutur dia menutup percakapan.

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.