Blog

Hutan Kota, Sumber Oksigen dan Pengetahuan Yang Patut Dilestarikan

Hutan Kota seluas 3,8 hektar yang terletak di jantung kota Bandung ini dikenal sebagai Babakan Siliwangi. Beragam pepohonan berusia puluhan bahkan ratusan tahun tumbuh besar dan rindang membuat suasana di sekitarnya menjadi segar dan sejuk.

Meskipun selama pandemi Kawasan ini ditutup, namun perawatan hutan kota tetap dilakukan. Begitu pula dengan pembersihan, terlihat enam orang park ranger sedang menyapu dan mencabuti rumput di pintu masuk Babakan Siliwangi.

Keberagaman tumbuhan yang ada di hutan kota ini tak luput dari kontribusi Djuandi. Ia adalah pensiunan Kurator Herbarium Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung yang giat menanam berbagai jenis tumbuhan di Hutan Kota Babakan Siliwangi.

Djuandi menuturkan, penganekaragaman tanaman yang ia lakukan bertujuan agar jenis tumbuhan di hutan kota semakin beragam. Selain itu, agar semakin banyak pengetahuan yang didapat masyarakat yang berkunjung hutan kota ini. Ia menanam minimal dua jenis tumbuhan baru setiap bulannya.

Djuandi mempersembahkan satu tanaman bunga Patrakomala (Caesalpinia pulcherrima) yang ditanam di hutan kota dalam rangka ulang tahun Kota Bandung ke-211 yang diperingati pada tanggal 25 September 2021 yang lalu.

“Kenapa saya menanam patrakomala? Karena mungkin para pengunjung belum tahu ikon kota Bandung teh apa sih,” ujar Djuandi di Babakan Siliwangi, Kota Bandung, Selasa ( 5/10/2021).

Ia juga berencana membuat zonasi di hutan kota agar masyarakat yang berkunjung dapat mengetahui lebih jelas tanaman apa saja yang terdapat di setiap zonasi tersebut.

“Dengan cara itu masyarakat tidak hanya sekedar mengunjungi dan menghirup udara segar, tetapi ada pengetahuan yang didapatkan oleh hutan kota ini apakah itu aspek bentuk hidupnya atau bahkan aspek kegunaannya,” ujar Djuandi.

Untuk diketahui, hutan kota yang sudah ada sejak tahun 1920-an ini biasanya ramai dikunjungi oleh masyarakat yang ingin berjalan-jalan atau jogging. Udara yang nyaman di hutan kota membuat masyarakat betah untuk berkegiatan di sekitarnya.

Namun, terkadang masih ada tangan-tangan usil yang mencabuti tanaman secara sembarangan. Contohnya adalah saat daun kelor sedang viral karena khasiatnya yang sangat bagus membuat daun kelor yang ditanam di Babakan Siliwangi diambil sembarangan sebelum waktunya.

“Nah ini sebetulnya enggak jadi masalah kalau tumbuhannya sudah besar dan pengambilannya tertata, enggak sembarangan. Jadi ngambil harus sesuai prosedur,” ujar Djuandi.

Djuandi berharap, Hutan Kota Babakan Siliwangi ini terus dilestarikan, karena hutan kota berfungsi sebagai sumber oksigen dan oksigen sangat diperlukan oleh manusia.

“Yang penting hutan kota tetap lestari. Kalau ingin lestari, harus ada yang menjaga jangan sampai ada orang yang merusak. Selain menjaga, tumbuhan-tumbuhan invasiv juga harus diperhatikan pertumbuhannya jangan sampai menganggu banyak tanaman yang lain,”tuturnya.( mgg)*

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.