Untuk diketahui, sampah yang cukup menambah volume sampah selama pandemi yaitu masker, APD dan lainya. Yang ternyata sampah-sampah tersebut termasuk limbah medis yang termasuk pada limbah bahan berbahaya dan beracun atau B3.
dr. Elfrida Panggabean, dokter patologi klinik di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Kota Bandung menuturkan, ketika sedang pandemi seperti ini banyak sampah medis yang muncul di rumah tangga dan semuanya itu menyebabkan pengaruh terhadap lingkungan hidup, terhadap kesehatan dan otomatis akhirnya terhadap kelangsungan hidup mahluk di bumi.
“Nah sebenarnya limbah medis itu apa sih? Limbah medis itu adalah jenis sampah yang mengandung bahan infeksius. Infeksius artinya menyebabkan penyakit. Nah disini letaknya kenapa sampah menjadi faktor risiko untuk penularan penyakit yang berbasis lingkungan,”ujar Elfrida pada Webinar Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional beberapa pekan lalu.
Menurut dia, masyarakat harus tahu dulu jenis sampah. Jikau sampah mengandung bahan infeksius, tentu berpikir bagaimana cara mencegahnya. Dan jawabannya tentu harus dikelola dengan cara yang benar.
“Ini contoh limbah medis, ya. Kalau di rumah sakit, ini kita menggunakan pihak ketiga untuk mengatur pembuangannya kemana, secara aman, dikemas dalam kemasan kuning dilabel sebagai bahan yang berbahaya atau biohazard itu sudah ada simbol-simbol biohazard mereka sudah mengerti “Oh, ini plastik kuning, ini adalah limbah medis” seperti itu,”ucapnya.
Namun untuk masyarakat umum, sebaiknya penanganan limbah medis ini pun digunakan plastik dengan simbol warna kuning, simbol limbah medis jika memang ada.
“Lalu bagaimana penanganan limbah medis kalau pasiennya dirawat di rumah? zaman sekarang ketika sedang pandemi Covid 19, pasien banyak yang isoman, terutama yang gejalanya ringan atau sedang malah. Nah, penanganan limbah medis di rumah itu, kita harus bisa belajar dengan meniru apa yang dilakukan di rumah sakit,”katanya.
Menurut dia, jika tidak dikelola dengan baik, maka akan berakibat buruk untuk kondisi lingkungan sekitar. Ketika pasien dirawat, tentu yang mengurus pasien ini menggunakan sarung tangan, menggunakan kain kasa bila ada yang luka, dan hasil dari perawatannya itu mungkin ada limbah tajam, limbah jarum.
“Limbah-limbah yang tajam seperti pecahan kaca, pisau cukur, steples dan sebagainya itu pasti ada. Kemudian limbah yang menularnya, yaitu tisu yah tisu bekas menyeka baik keringat maupun ke cairan-cairan tubuh ataupun tinja,”kata dia.
“Lalu, peralatan laboratorium sekarang kan banyak tuh orang beli sendiri alat laboratorium tes sendiri di rumah, berani nyolok sendiri untuk memeriksa Covid-19, itu alat-alat laboratorium tersebut dibuang di sampah rumah tangga. Kemudian cairan tubuh manusia dari pasien-pasien yang sakit baik itu urin, air kencing, atau jaringan luka, atau kemudian darah atau bangkai hewan juga, itu adalah termasuk limbah medis,”katanya menambahkan.
Lannya, limbah medis itu seperti obat-obatan. misalnya obat-obatan yang kadaluarsa.
“Nah jadi untuk semuanya prinsip yang berikutnya adalah kebersihan diri. Kita tahu sampah itu identik dengan sesuatu yang kotor dan harus dihindari. Tapi kita bisa mencegah penyakit itu menyebar, kalau kita membiasakan mulai dari diri sendiri,”tegas Elfrida.(*)
No Comment