Keren, Pegiat Lingkungan Bekasi Sulap Sampah Jadi BBM
Satu lagi terobosan lahir dari masyarakat terkait penanganan sampah. Tak hanya dipilah, sampah disulap jadi bakan bakar minyak (BBM), yang saat ini tengah melambung harganya.
Dikutip dari pikiran-rakyat.com, berbekal rasa keprihatinan atas pengelolaan sampah di Kabupaten Bekasi, sekelompok pegiat lingkungan berinovasi membuat alat konversi.
Mereka mengubah tumpukan sampah menjadi bahan bakar minyak (BBM). Inovasi ini diharapkan mampu menjawab persoalan sampah yang tak kunjung terselesaikan di Kabupaten Bekasi.
“Ide ini muncul dari keprihatinan kami terhadap lingkungan. Banyak tumpukan sampah yang mungkin karena tidak terlayani pengangkutannya. Kami selain mengeluh, ingin membuat inovasi, solusi untuk Kabupaten Bekasi,” kata Andre, anggota Komunitas Peduli Lingkungan (Kopel) saat ditemui di bengkel konversi di Desa Danau Indah Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi pada Rabu, 10 Agustus 2022.
Pengolahan sampah ini menggunakan teknik pirolisis. Berdasarkan laman resmi Pertamina, pirolisis merupakan proses dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi yang berlangsung tanpa adanya udara atau dengan udara terbatas.
Proses dekomposisi pada pirolisis ini juga sering disebut dengan devolatilisasi. Sesuai dengan teknik tersebut, Andre bersama empat rekannya memilah sampah berbahan plastik.
Sampah itu lantas dimasukkan ke tabung reaktor kemudian dipanaskan. Nantinya hasil pemanasan itu akan menghasilkan penguapan sehingga menjadi bahan bakar minyak.
Seluruh proses itu dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan seadanya dan cenderung daur ulang. Tabung reaktor dibuat dengan memanfaatkan seng bekas.
Lalu pemanas pun didesain menggunakan drum bekas. Sementara itu, pemanasnya memakai kompor yang juga bekas.
“Karena bahan utamanya sampah yang dari lingkungan sekitar. Peralatannya pun menggunakan bahan-bahan seadanya, yang juga dari barang-barang sekitar yang cenderung tidak digunakan,” ucap dia.
Dari hasil pemanasan sampah tersebut akan menghasilkan uap yang kemudian disalurkan menggunakan pipa hingga akhirnya menjadi minyak. Filter pun turut dipasang untuk mencegah residu mencemari produk.
Andre mengaku, inovasi yang dilakukan itu didapat dari hasil observasi serta mencari sejumlah referensi, baik melalui video di internet maupun bertanya ke sejumlah pihak.
Dengan bekal pengetahuan yang dirasa cukup, mereka pun coba mempraktikkannya.
Namun, pembuatan instalasi pengolahan sampah rupanya tidak mudah. Perlu sedikitnya lima sampai enam kali percobaan hingga akhirnya berhasil.
“Dari mulai percobaan, lima sampai enam kali, selama sebulan akhirnya bisa juga,” ucap dia.
Setelah berhasil, kini mereka rutin mengolah sampah yang berada di sekitarnya. Dalam sekali pengolahan, mereka bisa menghabiskan sampah hingga sepuluh kilogram.
Mayoritas sampah berjenis plastik sisa makanan. Kemudian dari hasil pembakaran tersebut, mereka bisa menghasilkan sedikitnya 6 liter bahan bakar, baik berjenis solar, minyak tanah sampai bensin.
“Tahunya itu solar, minyak tanah atau bensin ya dari baunya sama dari kadar oktannya. Jadi pada pembakaran pertama jadinya itu solar, pembakaran kedua bensin, yang ketiga jadi minyak tanah,” ucap dia.
Seluruh hasil bahan bakar tersebut, lanjut Andre, telah diujicobakan pada korek api dan terbilang baik.
Akan tetapi, karena keterbatasan alat dan modal, proses pembakaran tidak bisa dilakukan secara masif. Padahal, harapan mereka ingin menjadikan proses tersebut bisa mengatasi persoalan penumpukan sampah di Kabupaten Bekasi.
“Saya harap ini bisa dijadikan opsi pemerintah agar sampah itu tidak sekadar dibuang tapi juga diolah. Ini menjadi potensi perbaikan,” ucap dia.*
No Comment