Blog

Koldoka, Membuat Sampah Dapur Menjadi Bermanfaat

Aktivitas rumah tangga merupakan salah satu penyumbang sampah terbesar. Dilansir dari databoks.katadata.co.id, terdapat sebanyak 67,8 ton sampah di Indonesia pada tahun 2020. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menunjukkan bahwa 37,3% sampah di Indonesia berasal dari aktivitas rumah tangga. Berdasarkan jenisnya, 39,8% sampah yang dihasilkan masyarakat berupa sisa makanan.

Pengelolaan sampah rumah tangga perlu dilakukan demi mewujudkan lingkungan yang sehat dan meminimalisir volume sampah yang berakhir di TPA. Pengelolaan ini harus dimulai dari langkah kecil, yaitu dari rumah masing-masing.

Djuandi (70),warga Cihampelas menggunakan Koldoka (Komposter Lindi Double Kabin) untuk memproses sampah sisa dapur menjadi kompos.

Koldoka merupakan komposter sederhana yang terbuat dari dua buah ember plastik bekas cat 25 kg, paralon ½ inch, T paralon ½ inch, pipa 4 inch, dop pipa 4 inch, selang 5/16 inch, kain kasa dan lem tembak.

“Proses pembuatannya cukup mudah hanya perlu bantuan alat solder dan bor untuk membolongi ember. Istilah double kabin digunakan karena pada komposter ini digunakan dua buah ember yang ditumpuk. Proses pengomposan dengan koldoka adalah penguraian aerob atau dengan oksigen,”tutur Djuandi, Jumat (29/10/2021).

Koldoka dapat menghasilkan dua jenis kompos, yaitu kompos padat basah dan pupuk organik cair (POC). Untuk sampai bisa digunakan, kompos padat basah harus dijemur sampai kering terlebih dahulu baru dapat dicampurkan dengan tanah.

“Untuk air lindi atau pupuk organik cair perlu dicairkan lagi dengan air. Satu botol besar bekas air mineral dapat digunakan untuk dicairkan sepuluh kali dan disiramkan pada tanaman dua minggu sekali,” ujarnya.

Beragam jenis sampah sisa dapur dapat dimasukkan ke koldoka. Di antaranya adalah sisa-sisa sayuran dan buah-buahan, nasi, tulang ikan dan ayam, daging, dan cangkang telur.

Sampah yang dimasukkan ke koldoka diberi cairan EM 4 20 ml yang dicairkan dengan satu liter air. Koldoka dapat digunakan berkali-kali karena terdapat selang yang mengalirkan air lindi dan dop pipa yang dapat dibuka untuk mengambil kompos padat. Hasil kompos yang diproses di koldoka berwana gelap dan sama sekali tidak bau.

Djuandi berharap, masyarakat lain dapat tergerak untuk melakukan seperti apa yang telah ia lakukan agar sampah dapur bisa bermanfaat dan tidak berakhir hanya menjadi sampah saja yang menumpuk. “Semoga langkah kecil ini dapat mewujudkan cita-cita Indonesia bebas sampah tahun 2025,” ujar dia.(tsy)

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.