Blog

Kurangi Sampah Lewat Budidaya Maggot

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat terus mendorong upaya pengurangan sampah. Di antaranya mengurai sampai dengan budidaya maggot.

Dikutip dari akun instagram Dinas Lingkungan Hidup Jabar, maggot merupakan larva dari lalat Black Soldier Fly (Hermetia Illucens, Stratimydae, Diptera) atau BSF. Selain dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, saat ini maggot merupakan salah satu solusi untuk mengatasi sampah organik.

Seperti halnya belatung, maggot berguna secara ekologis dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik. Maggot mengonsumsi sayuran dan buah. Tak hanya buah dan sayuran segar, maggot pun mengonsumsi sampah sayuran dan buah. Karenanya manggot sangat cocok digunakan dalam pengelolaan sampah organik.

Sebanyak 10.000 maggot dapat menghabiskan 1 kg sampah organik dalam waktu 24 jam. Sampah organik yang tidak termakan oleh maggot, tetap bisa dimanfaatkan sebagai sumber kompos atau pupuk organik. Meskipun dari limbah sampah organik, namun pupuk yang dihasilkan tidak berbau.

Sementara itu, dikutip dari situs resmi Pemkot Cimahi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi menargetkan budidaya maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF) bisa mengurangi timbulan sampah hingga 30 persen dari total timbulan sampah di Kota Cimahi yang mencapai sekitar 270 ton per harinya.

“Target pengurangan sekitar 30 persen dari timbulan sampah di program strategi daerah tahun 2025,” kata Kepala DLH Kota Cimahi, Lilik Setyaningsih pada Jumat (8/10/2021).

Dikatakan Lilik, budidaya sampah tersebut sangat bermanfaat untuk pengelolaan sampah, dan bisa mengurangi beban biaya pembuangan sampah dari Kota Cimahi ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang cukup besar setiap tahunnya.

Beban biaya pembuangan sampah dari Kota Cimahi ke TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat mencapai Rp 16 miliar per tahun dari total 220 ton sampah yang dibuang setiap harinya. Sementara beban biayanya akan meningkat jika pembuangan sampah sudah dialihkan ke TPPAS Legok Nangka, Kabupaten Bandung.

Berdasarkan hasil estimasi, biaya pembuangan sampah ke TPPAS Legok Nangka mencapai Rp 23 miliar lebih setiap tahunnya. Estimasi pengeluaran biaya pengangkutan sampah dari Kota Cimahi itu hanya untuk Kompensasi Jasa Pelayanan (KJP) dan Kompensasi Dampak Negatif (KDN).

Jika ke TPA Sarimukti, terang Lilik, biaya pelayanan yang meliputi pengangkutan, KJP dan KDN hanya Rp 198.255 per ton. Sedangkan bila ke TPPAS dengan item serupa mencapai Rp. 423.168 per ton.

“Estimasi biaya ke Legok Nangka itu sudah dihitung dengan subsidi dari Pemprov Jabar. Kalau gak disubsidi bakal lebih besar lagi biayanya,” ucap Lilik.

Dengan biaya besar tersebut, maka pihaknya akan terus mendorong budidaya maggot untuk mengurangi beban sampah yang dibuang ke TPA. Seperti yang sudah dijalankan warga Kompleks Puri Cipageran, RT 04/18, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi.

Pihaknya terus mendorong RW lainnya di Kota Cimahi untuk melakukan budidaya serupa. Bantuan seperti pembuatan rumah maggot dan pemberian ember siap disalurkan asalkan pihak RS menyediakan lahan.

“Kita baru bisa intervensi kepada 36 RW yang budidaya maggot. Mudah-mudahan ke depan terus bertambah. Kita bantu buatkan rumah maggot asalkan lahannya disediakan,” katanya. (*)

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.