Kerja sama tertuang dalam letter of intent (LoI) yang telah ditandatangani Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Deputy Vice-Chancellor dan Vice-President (Global Engagement) Monash University, Abid Khan secara virtual, Kamis (22/7/2021).
Kemitraan ini merupakan bentuk kerja sama antara Monash University dengan para pakar dan lembaga pemerintah Indonesia dalam upaya pertukaran ilmu dan data, serta bentuk kerja sama kedua pihak dalam memberikan solusi lewat inovasi teknologi dan sosial untuk revitalisasi sungai Citarum dan komunitas sekitarnya.
Ridwan Kamil menuturkan, kolaborasi dengan Monash University merupakan salah satu bentuk kerja sama strategis dalam mempercepat pengendalian pencemaran dan kerusakan di DAS Citarum yang sejalan dengan PP No. 15/2018.
Ridwan memaparkan bahwa kolaborasi ini juga merupakan bukti sinergi pentahelix (pemerintah, akademisi, komunitas, media, dan industri) yang dilakukan dengan berbagai kampus termasuk Monash University.
“Kami sangat senang dengan partisipasi Monash University dalam perumusan konsep revitalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarik yang akan menjadi etalase keberhasilan pengendalian kerusakan dan polusi DAS Citarum,” katanya.
Lebih jauh, Ridwan berharap kolaborasi ini juga bisa berkembang untuk lebih luas lagi. Pasalnya, pada periode kepemimpinannya sebagai Gubernur dan Komandan Satgas pengendalian kerusakan dan pencemaran DAS Citarum, memiliki program bernama ‘Citarum Harum’. Adapun program ini diharapkan dapat mewujudkan DAS Citarum yang bersih dengan meningkatkan kesadaran masyarakat sekitar akan pentingnya kebersihan DAS, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jabar yang juga Sekretaris Harian Satgas Citarum Harum menambahkan, letter of intent tersebut merupakan tindaklanjut kunjungan Gubernur Jawa Barat sebelumnya ke Australia terkait kerjasama revitalisasi Sungai Citarum. Pihaknya, Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat telah banyak membahasnya dalam beberapa kesempatan dengan Monash University.
Selanjutnya, ujar Prima, Satgas Citarum Harum juga akan mengunjungi Australia untuk menyempurnakan rencana aksi yang dapat dilakukan bersama dengan Monash University dan juga untuk mempelajari bagaimana Australia berhasil melakukan revitalisasi sungai.
“Kami sangat mendukung kerjasama antara Monash University dan Provinsi Jawa Barat.
Pemangku kepentingan lain juga terlibat dalam kerjasama ini seperti pemerintah pusat dan Universitas Indonesia, untuk mewujudkan kerjasama pentahelix ini,”tutur dia.
Ke depan, pihaknya mendorong lebih banyak kota, sektor swasta, dan masyarakat lokal untuk mengambil bagian dalam revitalisasi Sungai Citarum.
Deputy Vice-Chancellor dan Vice-President (Global Engagement) Monash University, Abid Khan menyampaikan antusiasmenya terhadap program ini.
“Kerja sama ini diharapkan dapat menghadirkan perubahan nyata bagi jutaan orang yang hidupnya bergantung pada air sungai yang sudah tercemar. Pandemi Covid-19 menjadi bukti bahwa akses air bersih dan kondisi lingkungan sekitar sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,”tutur dia.
Lebih lanjut Abid Khan mengatakan, rekam jejak penelitian lintas disiplin Monash dalam transformasi sosial dan lingkungan, yang didukung dengan komitmen pemerintah Indonesia dan mitra akademik memungkinkan diharapkan mampu mengatasi tantangan pembangunan berkelanjutan yang signifikan.
“Secara kolektif, kita mampu mengembangkan solusi inovatif yang dapat membawa jutaan orang untuk hidup lebih sehat, aman, dan produktif,” tambahnya.
Direktur Informal Cities Lab, Fakultas Desain Seni dan Arsitektur Monash University, Diego Ramirez-Lovering yang turut memimpin bersama Program Citarum menjelaskan, tujuan mereka adalah menggunakan desain perkotaan sebagai platform integratif untuk penanaman solusi berkelanjutan. Hal itu demi perkembangan aspek urban yang sejalan dengan modernisasi dinamika kesehatan planet secara kompleks.
“Pendekatan menyeluruh yang mengutamakan kualitas lingkungan dan kesehatan ekologis untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang penting. Terutama bagi mereka yang paling rentan terhadap perubahan iklim dan degradasi lingkungan,” tutupnya.
Ketua Tim Sosial Klaster Air UI, Reni Suwarso menambahkan, bahwa penanganan kesehatan sungai membutuhkan komitmen lintas sektor demi mencapai manfaat yang maksimal.
“Kemampuan untuk mengakses dan mendapatkan manfaat dari air yang aman dan andal memiliki kontribusi signifikan bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia, ekonomi, serta lingkungan,” kata Reni. (*)
No Comment