Penyumbang beban pencemar terbesar ke sungai Citarum adalah limbah domestik yang berasal dari rumah tangga, akibat kurangnya sarana prasarana sanitasi air limbah domestik yang layak dan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang masih buruk. Lebih dari 648 ribu penduduk di sepanjang DAS Citarum masih Buang Air Besar sembarangan (BABs) dan menghasilkan 94 ribu kg/hari BOD.
“IPAL Bojongsoang yang telah berdiri sejak 1992 dan melayani 164.000 sambungan rumah adalah salah satu sarana prasarana pengelola limbah domestik. Namun seiring berjalannya waktu dan penambahan jumlah penduduk, tentu IPAL ini perlu direvitalisasi dan ditingkatkan teknologi serta kapasitasnya,” kata Menko Luhut dalam keterangannya.
Menko Luhut juga mengutarakan harapannya agar Pemerintah Jerman yang diwakili Dubes Jerman dapat mendukung kegiatan ini melalui Kerjasama pendanaan bilateral Green Infrastructure Initiative (GII), sebagai bagian dari program Integrated Citarum Waste Water Management. “Pemda Jabar yang telah mengusulkan revitalisasi IPAL Bojongsoang dengan total pendanaan 1,016 Trillun, akan tetapi Pemda perlu menunjukkan komitmennya dengan menyiapkan lahan dan biaya operasional ketika nanti IPAL Bojongsoang selesai direvitalisasi,” ucapnya.
“Saya minta para Dan Sektor melakukan kegiatan sosialisasi, edukasi dan pendampingan aspek kesehatan lingkungan melalui pemicuan 5 Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yaitu stop buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengolahan makanan dan minuman rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga, dan pengelolaan limbah cair rumah tangga,” ujar Menko Luhut dalam arahannya.
Melanjutkan kunjungan di Bandung, Menko Luhut kemudian menuju ke Waduk Jatiluhur di Purwakarta. Turut hadir di Jatiluhur adalah Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono. Pada kesempatan ini, Menko Luhut menyampaikan apresiasinya terhadap kinerja para Dan Sektor yang telah membantu perbaikan DAS Citarum.
Mengawali acara, Gubernur Jawa Barat sebagai Dansatgas Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum melaporkan capaian mengenai Revitalisasi Citarum dalam sejak tahun 2019 sampai akhir tahun 2021. Selanjutnya, Menteri Trenggono menyerahkan bantuan empat bioflok kepada empat petani sebagai upaya untuk alih profesi masyarakat.
Pulihnya DAS Citarum adalah suatu target yang sangat vital untuk dicapai mengingat manfaatnya untuk menggerakan turbin PLTA di Jawa dan Bali, pemasok air baku dan industri, mengairi daerah irigasi lumbung padi nasional, serta menjadi sumber air baku utama bagi Ibu Kota DKI Jakarta.
Selain itu, pemerintah dan BUMN juga berupaya untuk menangani dua hal utama yang menjadi tantangan di ketiga waduk cascade Citarum (Saguling, Cirata dan Jatiluhur) yaitu pertumbuhan eceng gondok yang melimpah serta Keramba Jaring Apung (KJA) yang sensitive terhadap aspek sosial dan ekonomi masyarakat.
Perum Jasa Tirta 2 sebagai pengelola waduk Jatiluhur dengan menggunakan harvester dan excavator berkolaborasi dengan sektor 14 Citarum Harum telah berhasil melakukan pengurangan eceng gondok di waduk. Selain itu, perencanaan pengolahan limbah eceng gondok juga berbasis kerjasama stakeholder dan pemberdayaan masyarakat.
“Beberapa sektor telah menunjukkan hasil nyata, namun untuk sektor lain yang belum, saya minta dilakukan langkah-langkah percepatan perbaikan karena target kita 2025 DAS Citarum pulih sepenuhnya,” ucap Menko Luhut.
Dirinya juga mengingatkan agar kegiatan dan program yang tidak dapat berjalan dengan optimal pada tahun lalu dapat dilaksanakan pada tahun ini dan mengejar target yang telah ditetapkan. Tidak lupa juga terus dilakukan sosialisasi terhadap masyarakat sehingga ketika program Citarum Harum selesai, masyarakat secara mandiri terus menjaga dan melestarikan DAS Citarum.
“Tahun 2025 sudah dekat dan kita harus mampu menunjukkan kepada dunia bahwa apabila kita kompak dan bergerak cepat maka kita mampu mengubah imej sungai Citarum dari the most dirties river in the world menjadi sungai dengan kualitas air kelas II” ucap Menko Luhut.(*)
No Comment