Kelima buku tersebut telah dilaunching atau diluncurkan secara virtual, Rabu (18/8/2021). Hadir saat itu seluruh mahasiwa Prodi Sains Informasi Geografi UPI, Kepala Prodi Lili Somantri, Wakil Dekan Mamat Ruhimat dan juga anggota tim ahli Satgas Citarum Taufan Suranto.
“Selamat (untuk mahasiswa UPI) selelah 5 bulan lalu berdiskusi, akhirnya ada juga sesuatu yang dapat disampaikan pada publik, tidak hanya tentang akademik tapi bagi masyarakat khususnya di DAS Citarum, selamat berkontribusi,”ujar Taufan dalam sambutannya.
Bicara Citarum, kata Taufan, bicara siklus hidrologi atau neraca air. Suatu DAS rusak itu cirinya neraca air yang jomplang, musim hujan banjir begitu pula kemarau akan ada kekeringan. Tapi ketika sehat maka musim hujan sebesar apapun air hujan akan tertampung di badan air dan hutan atau sarana spasial di DAS tersebut untuk persediaan musim kemarau.
“Sebagai kampus yang memiliki prodi sains informasi geospasial ini menarik akan beriringan dengan rentang waktu kondisi wilayah itu. Saya apresiasi temen mahasiswa yang melakukan penelitian di DAS Cirasea,”ujar dia.
Sub DAS ini, lanjut Taufan, menarik karena berada di kawasan Hulu Citarum yang dekat dengan Gunung Wayang dan juga Situ Cisanti, di mana di sana banyak pemegang kepentingan mulai dari BKSDA, Perhutani PTPN dan juga Satgas Citarum. Yang pastinya memiliki dinamika tersendiri.
“Baiknya penelitian melibatkan aspek lain sepert sosial ekonomi. Artinya kajian hari ini jadi base line penting untuk UPI bagaimana monitoring evaluasi dan lainnya. Penelitian dapat berkembang lebih luas lagi dan Sub DAS Cirasea jadi laboratorium alam UPI dengan mengajak jurusan lain soal pemberdayaan masyarakat dan lainnya,”kata Taufan.
“Kami dari satgas melalui prodi mohon disampaikan untuk bisa berkolaborasi bagaimana menangani sub DAS ini dan kita akan dukung . Tapi secara prinsip apa yang dilakukan UPI bisa membantu Satgas Citarum. Tapi itu yang penting masyarakat dan ekosistem bisa diperbaiki,”tambahnya.
Lili Somantri Ketua Prodi Sains Informasi Geografi UPI mengatakan, kedepan pihaknya akan menjadi kerjasama lebih jauh dengan diikat sebuah perjanjian kerjasama atau Mou, menggandeng civitas akademis lainnya untuk melakukan riset di Citarum dan juga pengabdian masyarakat.
“Untuk KKL 3 ini merupakan kaian holistik yang fokus pada problem solving terkait kewilayahan dari berbagai kompetensi, aplikasi dari berbagai mata kuliah yang sudah diambil oleh mahasiswa dan untuk kali ini di pemilihan tempat di Citarum karena kita semua tahu selain lokasinya yang dekat dengan kita dan akan lebih kontekstual dan bermanfaat bagi pemerintah maupun maupun masyarakat,”tutur dia.
Tujuan ekspose KKL ini, ujar dia, yaitu sebagai kontribusi menyelesaikan Citarum dengan memanfaatkan Teknologi Informasi Geospasial seperti sistem informasi geografis dan penginderaan jauh.
“Dan kami ingin mensosialisasikan hasil kerja mahasiswa berupa launching 5 buku terkait permasalahan di Citarum tadi ada lahan kritis deforestasi, banjir dan lainnya yang bisa bermanfaat bagi Satgas Citarum,”ucapnya.(*)
No Comment