Blog

Satgas Citarum Harum dan Yayasan Budha Tzu Chi Bangun Jembatan di Sektor 2

KAB.BANDUNG-Satuan Tugas Citarum dan Yayasan Budha Tzu Chi membangun jembatan penghubung di Kampung Simpaiasih, Dusun Joglo, Desa Resmitinggal, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Senin (29/3/2021). Jembatan yang melintasi Sungai Citarum sepanjang 50 meter itu menghubungkan dua desa dan dua kecamatan yaitu Desa Resmitinggal, Kecamatan Kertasari dengan Desa Sukarame, Kecamatan Pacet.

Pembangunan resmi dimulai setelah dilakukan peletakan batu pertama yang dihadiri oleh Plh Bupati Bandung, Asep Sukmana, Ketua Harian Satgas Citarum Harum Mayjen (Purn) TNI Dedi Kusnadi Tamim, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat Prima Mayaningtias, Dandim 0624 Letkol Infanteri Donny Ismuali Bainuri, serta Komite Komisaris Kehormatan Yayasan Budha Tzu Chi Pepeng Kuswati.

Dalam sambutannya, Ketua Harian Satgas Citarum Harum Dedi Kusnadi mengatakan, kegiatan tersebut merupakan kegiatan terpadu antara Satgas Citarum Harum dengan Yayasan Budha Tzu Chi setelah mengkaji kebutuhan warga sekitar DAS Citarum dari laporan Sektor-Sektor Citarum Harum. Titik Dusun Joglo dipilih dikarenakan warga di kedua desa membutuhkan akses penghubung untuk mobilitas mereka seperti kegiatan ekonomi dan pendidikan.

“Jembatan ini merupakan jembatan kedua yang kami bangun di tahun 2021 ini. Sebelumnya bersama Budha Tzu Chi telah selesai membangun jembatan di Pameungpeuk Garut kemudian di sini dan nanti rencana kami akan membangun di Cianjur dan Purwakarta,” ujar Dedi.

Dikatakan Dedi, pihaknya sudah melaporkan kegiatan tersebut pada Komandan Satgas Citarum Harum Ridwan Kamil guna menguatkan proses pembangunan dari sisi informasi dan kordinasi antar pihak.

“Saya juga laporkan, pembangunan jembatan ini tidak mengganggu badan sungai karena kami membangun di luar bibir sungai. Jembatan juga tidak akan menghambat aliran air dari hulu,” ujar dia.

Dedi pun mengatakan, pada pembangunan jembatan di Kampung Simpaiasih di dukung boleh warga di kedua desa tersebut. Warga menghibahkan lahan untuk pembangunan tiang pancang jembatan.

“Jembatan ini dari tepi dekat hingga ke tepi jauh itu panjangnya 55 meter tapi kalau dengan dasar di atas tiang pancang itu totalnya 75 meter. Biaya yang dibutuhkan cukup besar, bisa mencapai Rp 500 juta lebih belum ditambah dengan lahan yang dihibahkan warga dan tenaga,”ujar dia.

Dedi menargetkan pembangunan jembatan dapat tuntas atau diresmikan sebelum lebaran.

“Ke depan jembatan ini harus dirawat bersama. Perawatan menjadi tanggung jawab warga atau dua kepala desa yang terhubung jembatan ini,” ucap dia.

Selain itu, Dedi berharap pemerintah Kabupaten Bandung ikut berkontribusi dalam menguatkan pondasi agar jembatan tersebut bisa kuat hingga 20 tahun kedepan.

Sementara itu, Pepeng mengatakan, Budha Tzu Chi siap membantu kebutuhan warga termasuk membangun jembatan demi kesejahteraan warga setempat. Dia pun berterima kasih kepada para donatur yang selama ini melancarkan kegiatan mereka turun ke masyarakat.

“Mari dukung bersama-sama, gotong royong kegiatan ini. Terima kasih banyak donatur yang selalu membantu sehingga lancar pelaksanaan kegiatan ini,” tutur dia.

Plh Bupati Bandung Asep Sukmana menambahkan, pihaknya mengapresiasi kolaborasi Satgas Citarum Harum dan Budha Tzu Chi dalam membangun jembatan penghubung kedua desa.

“Kita ketahui jembatan itu untuk menghubungkan satu tempat ke tempat lain. Namun tidak sekedar itu, akan ada dampak lain terutama ekonomi. Kehadiran jembatan ini akan membuat masyarakat mudah berkomunikasi, bantu perekonomian warga. Ujung-ujungnya untuk kesejahteraan masyarakat,”ucap dia.

Menurut dia, dalam kegiatan tersebut membuktikan pemerintah mampu bersinergi dengan yayasa sehingga apa yang diperlukan masyarakat bisa diwujudkan. “Mudah-mudahan lancar dan dapat segera dimanfaatkan masyarakat,” ujar dia.

Sementara itu, Kades Sukarame Iis Kurniasih mengaku pihaknya dan warga sangat tidak sabar untuk segera bisa menggunakan jembatan tersebut. Pasalnya selama ini warga perlu mengitari kampung lain untuk sampai ke tujuan. Misalnya warga Desa Resmitinggal yang banyak memiliki lahan perkebunan di Sukarame harus memutar rute perjalanan.

Tak hanya itu, pelajar pun harus menempuh perjalanan hingga 40 menit untuk ke sekolah yang ada di Kecamatan Kertasari.

“Memang ini ada jembatan penghubung tapi tidak bisa dilewati kendaraan hanya untuk pejalan kaki saja. Kalau air lagi deras ya sudah kegiatan warga pun terhambat. Dengan adanya jembatan ini diharapkan dapat melancarkan aktivitas warga di kedua desa kami,” ujar dia. (*)

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.