Dikutip dari akun instagram Dinas Lingkungan Hidup (DLH Jabar) @dlh_jabar, produksi sampah di Jawa Barat per hari mencapai 35.000 ton, dengan komposisi 60 persen sampah organik dan 40 persennya sampah non organik. Dari jumlah tersebut, jumlah sampah tertangani sebanyak 40%, sementara 60% sisanya belum tertangani.
“Dibutuhkan kerjasama dari semua pihak untuk dapat menyelesaikan permasalahan sampah di Jawa Barat. Langkah terpenting untuk mengatasi masalah sampah, yaitu mengurangi jumlah timbulan sampah yang dihasilkan, dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memulai gaya hidup minim sampah serta mengelola sampah sejak dari rumah,”tulis DLH Jabar.
Selain itu, upaya pengelolaan sampah pun terus dilakukan dengan mendirikan Bank Sampah, serta membangun infrastruktur pengelolaan sampah seperti TPPAS Legok Nangka & TPPAS Lulut Nambo, agar sampah yang dihasilkan dapat terkelola dengan baik, dan dapat menjadi bahan baku yang bernilai ekonomi.
Dengan berbagai upaya yang dilak ukan, diharapkan sampah yang tidak tertangani akan berkurang sebanyak 30% di tahun 2025.
Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat yang juga Ketua Pokja Penanganan Limbah Industri PPK Satgas Citarum Harum Prima Mayaningtias, jumlah limbah domestik di Sungai Citarum mencapai 60 persen dari total pencemaran yang terjadi di Citarum.
“Pencemaran paling tinggi itu dari domestik 60 persen itu sampah rumah tangga. Ada yang terurai dan tidak terurai,” ujar Prima dalam podcast Ngobrolin Citarum “Ngonci”.
Dia mencontohkan, sampah domestik yang tidak terurai misalnya baterai dan bola lampu. Di mana pengolahan harus terpisah. Namun oleh masyarakat sampah-sampah dibuang seperti sampah biasa.
“Ini menjadi pekerjaan rumah alias PR bagi kami dalam masalah sampah domestik ini,” kata Prima.
Diakui dia, untuk atasi limbah domestik agar tidak mencemari Citarum, pihaknya terus berupaya untuk mengurangi sampah dari hulu ke hilir. Salah satunya yaitu dengan program pengelolaan sampah di pinggiran Sungai Citarum atau lmprovement of Solid Weste Management to Support Regional and Metropolitan Cities (ISWMP). Di mana sudah ada 77 titik lahan guna dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan sampah terpadu (TPTS). Selain itu, di sana ada budidaya magotnya pula.
Namun selebihnya, Prima berharap tingkat kesadaran masyarakat semakin tinggi dalam menjaga kebersihan Sungai Citarum ini.
“Kesadaran masyarakat sangat penting dalam menjaga sungai ini. DLH juga terus berupaya melibatkan masyarakat dengan beberapa program seperti desa berbudaya lingkungan, bank sampah, bermitra dengan kader PKK, dan juga pesantren demi lingkungan,” ujar dia.
Selain itu, lanjut dia untuk pemerintah kota dan kabupaten juga diharapkan konsisten dan menjaga keberlanjutan program Citarum. Jangan sampai nanti Perpres berakhir, program untuk mengajar kebersihan Citarum hilang juga.(*)
No Comment