Blog

Sektor 1 Satgas Citarum Harum Menguatkan Aura Situ Cisanti

Menyambangi Situ Cisanti, induk dari Sungai Citarum yang mengalir di sepanjang 297 km membelah Jawa Barat dari kaki Gunung Wayang Kertasari Kabupaten Bandung menuju Muara Gembong Kabupaten Bekasi, menjadi pengingat bahwasannya Citarum fitrahnya sungai yang bersih.

Jalan berkelok dan menanjak terbayar sudah dengan pemandangan hijau dan asri ketika menginjakkan kaki di 0 KM Sungai Citarum yang terletak di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.

Di lahan 5 hektare tersebut menjadi surga kecil yang kerap menjadi destinasi wisata masyarakat di sana. Danau yang tenang yang berasal dari tujuh mata air, pojok swafoto, jogging track, camping ground, dermaga hingga tempat berziarah patilasan Prabu Siliwangi ada di sana.

Warga lokal bisa dengan leluasa keluar masuk kawasan wisata tersebut tanpa dipungut biaya sepeser pun. Namun untuk pendatang atau wisatawan luar Desa Tarumajaya hanya dipungut Rp 10.000 untuk biaya masuk satu unit mobil dan parkirnya.

Kawasan Situ Cisanti menjadi kewenangan Satuan Tugas Citarum Harum Sektor 1 di bawah kepemimpinan Kolonel Kavaleri Purwadi. Beberapa perubahan terjadi di sana. Kawasan yang dulunya hanya rawa kini lebih tertata menjadi sebuah taman tersembunyi di kaki Gunung Wayang.

Purwadi yang baru di tempatkan sejak Februari 2021 lalu menuturkan, saat ini pihaknya telah melakukan pembenahan di dalam kawasan Situ Cisanti. Mulai dari perbaikan tugu 0 KM Sungai Citarum dan pemasangan batu penahan agar tidak terjadi longsoran ke dalam danau.

“Saat ini kami sedang melakukan rehabilitasi atau meningkatkan potensi yang ada di Situ Cisanti ini. Situ Cisanti sebagai suatu objek wisata harus dibenahi guna menambah nilai ekonomi bagi masyarakat dan pemerintah daerah setempat,” ujar Purwadi ketika ditemui di Situ Cisanti, Jumat (16/4/2021).

Dikatakan Purwadi, saat ini, Sektor 1 Citarum Harum sedang memperbaiki titik 0 KM, tempat pertemuan, tempat berswafoto.

“Kita perbaiki catnya, yang rusak kita benerin dan tanda tujuh mata air ( Pangsiraman, Cikolebere, Cikawadukan, Cikahuripan, Cisadana, Cihaniwung, Cisanti). Di sinilah ada tanda tujuh mata air sebagai pusat dari Citarum dan kita tambah ikon satgas,” ujar dia.

Yang kedua, pihaknya menata pusat mata air yang sentral. Di sana ada petilasan Prabu Siliwangi ada bekas kakinya.

“Di sana ada tempat mandinya Prabu Siliwangi sebelum dia melakukan kegiatan,” ucapnya.

Saat Purwadi pertama kali bertugas, di titik sumber mata air tersebut banyak lumpur dan sampah sehingga permintaan dari juru kunci yang sudah sekian tahun baru bisa terrealisasikan tahun ini.

Sektor 1 memasang bronjong sepanjang 15 meter untuk memisahkan lumpur dan sampah yang akan masuk ke sumber. Karena sampah dan lumpur sumber mata air pun tertutup sehingga kemarin hampir dua bulan pihaknya menguras tempat mata air karena banyak sampah dan lumpur.

“Kemudian tempat ganti pakaian dan mushola untuk ziarah kemarin juga kita perbaiki,” kata dia.

Ketiga, pihaknya membuat dermaga dan tempat swafoto.

“Terakhir kami buat pintu gapura pintu masuk selama ini belum ada tanda identitas ini komplek wisata. Insyaallah sebelum lebaran jadi,” ucap Purwadi.

Kedepan, Purwadi berharap Situ Cisanti menjadi objek wisata yang bisa lebih dikenal masyarakat luas. Nantinya menumbuhkan ekonomi masyarakat sekitar.

“Masih ada cita-cita kami yaitu perbanyak perahu, bangun penginapan, ada wahana kebun binatang. Di sini sudah ada angsa, merpati dan ngasih makan ikan,” kata dia. (*)

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.