Demikian diungkapkan Kepala BBWS Citarum Bastari saat ditemui media di kantornya, Senin (6/9/2021). Menurut dia, Selasa (7/9/2021) ini pelelangan proyek perbaikan tanggul mulai dilakukan hingga akhirnya November mendatang pembangunan tanggul mulai dikerjakan.
“Seperti kita ketahui tanggal 21 Februari 2021 lalu terjadi banjir yang menyebabkan jebolnya tanggul di Pebayuran di Desa Sumberurip sepanjang kurang lebih 150 meter. Waktu itu ditinjau langsung pak presiden (Joko Widodo), kita laksanakan tanggul darurat dengan material geobag yang disusun jumbo,”ujar Bastari.
Diakui dia, saat itu memang ada arahan untuk melakukan penanganan secara permanen. Dengan demikian hal itu terkait suatu mekanisme penganggaran dan pengadaan barang dan jasa serta desain yang permanen yang perlu proses, sehingga tidak bisa langsung.
“Proses menuju penanganan permanen itu baru bulan kemarin, Agustus keluar angka anggarannya dan akan dilelangkan. Jadi sebetulnya sebelum pemda (Pemkab Bekasi) setempat meminta tanggul diperbaiki, kami sudah melakukan tahap-tahap menuju pelelangan,” ujar dia.
Menurut Bastari, penanganan yang akan dilakukan nantinya tidak hanya 150 meter, melainkan sampai 400 meter panjang tanggul yang akan dipermanenkan dengan anggaran Rp 35 miliar.
“Proses lelang ini mulai tanggal besok tanggal 7 September selanjutnya pemenang lelang kontrak pada tanggal 24 November,”tutur Bastari.
Diakui dia, pengerjaan dimulai ketika sudah memasuki musim penghujan. Meski demikian pihaknya sudah memiliki antisipasi dengan memperkuat cofferdam sehingga tidak terjadi rembesan selama proses konstruksi.
“Kita bekerja sesuai dengan aturan yang ada, dengan manajemen resiko kita antisipasi. Tidak hanya teknis, tetapi juga terkait hukum dan pengadaan. Kita sudah on the track,” ucapnya.
Sementara, saat ini sembari menunggu konstruksi, pihaknya sudah mengerjakan konstruksi darurat untuk tanggul sepanjang 400 meter tersebut. Berdasarkan pemantauan melalui titik ukurnya, tanggul itu turun 1,4 meter. Bergerak ke arah sungai sejauh 2,5 meter. Hal ini masih berpotensi menimbulkan limpas lagi ke permukiman, karenanya perlu perbaikan sementara dengan menambah tingginya selagi membangun yang permanennya.
Sementara itu, Bastari berharap pemerintah daerah setempat ikut terlibat terutama dalam menangani rumah warga yang rusak dan kembali dibangun di tempat yang sama. Seharusnya rumah-rumah tersebut direlokasi. Jika tetap dibiarkan hal itu akan menjadi kendala dalam proses konstruksi permanen nantinya.
“Mohon bantuan dari pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten,” ujar Bastari.
Dia pun berharapa masyarakat juga kondusif, ikut mendukung selama proses pembangunan tanggul hingga usai nanti. Ia mengatakan ke depannya, kawasan ini juga dapat menjadi kawasan rekreasi. Karenanya diharapkan ada kesadaran masyarakat terhadap tanggul-tanggul yang ada sepanjang Sungai Citarum.
“Karena tanggul yang ada kan tanggul tanah, itu jangan diokupansi oleh pertanian. Saya cek ke sana ada yang dipagar ditanami sayur-sayuran. Tanggul itu harusnya dia clear tidak boleh dipacul-pacul,” tuturnya.(*)
No Comment