Blog

E-commerce Berkembang, Perusahaan Mulai Peduli Lingkungan

Pertumbuhan e-commerce yang memberikan kemudahan berniaga tanpa harus pergi ke toko ternyata menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Adalah sampah dari pembungkus produk-produk belanja online yang menjadi masalah sampah bertambah dengan hadirnya sampah plastik dan juga kardus di setiap rumah tangga saat ini.

Namun ternyata potensi masalah tersebut rupanya sudah diantisipasi oleh para perusahaan e-commerce.

Dilansir dari finance.detik.com, guna mengatasi permasalahan limbah yang dapat dihasilkan, kurir dan perusahaan e-commerce di China ikut berupaya dalam membatasi limbah yang mereka hasilkan.

Alibaba mengatakan afiliasi pengirimannya, Cainiao dan mitra lainnya, telah mendirikan puluhan ribu stasiun daur ulang secara nasional untuk mengumpulkan kardus bekas. Alibaba akan ‘merayakan’ hari daur ulang kotak paket pada Rabu mendatang dengan menyiapkan titik pengumpulan di seluruh Beijing, Shanghai, Guangzhou, Shenzhen, dan Hangzhou.

Sedangkan untuk pesaing Alibaba, JD.com, mengatakan bahwa sejak meluncurkan inisiatif ‘hijau’ pada tahun 2017, unit logistiknya telah mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai sebesar 27.000 ton. Ini juga menggunakan kotak daur ulang di 30 kota dan beralih menggunakan pita perekat yang lebih tipis.

Selain itu, dikutip dari suara.com, Pertumbuhan fenomenal belanja online selama 10 tahun terakhir memberikan dampak negatif pada lingkungan, di mana sampah packaging dari ecommerce yang kebanyakan plastik dan kardus menggunung di setiap rumah tangga di Indonesia. Ada lebih dari 6 juta paket ecommerce yang setara dengan 9.000 ton sampah yang dikirim setiap harinya di Indonesia, di luar food delivery.

Sebagai startup ecommerce logistik, Paxel ikut bertanggung jawab untuk memberikan solusi. Bekerjasama dengan startup lingkungan Waste4Change, Paxel meluncurkan servis PaxelRecycle untuk membantu Indonesia memenuhi rekomendasi dari COP26 dan SDG, selain mengatasi dampak negatif dari pertumbuhan e-commerce terhadap lingkungan.

Ecommerce termasuk dari industri yang diprediksi akan meningkat 40% produksi sampahnya hingga 2030, menurut M Bijaksana Junerosano Managing Director Waste4Change.

“Salah satu dampak yang mulai kita rasakan adalah berkurangnya kemampuan TPA untuk menampung sehingga kita perlu segera mencari lokasi baru untuk pembangunan TPA. Dengan kolaborasi bersama Paxel, kita dapat meningkatkan jumlah sampah yang terdaur ulang, mengurangi beban TPA dan menumbuhkan lapangan pekerjaan baru di sektor ramah lingkungan atau biasa kita sebut ‘green jobs’,” ujar Sano, dalam konferensi pers secara daring, Kamis (25/11/2021).

Diluncurkan bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-4 sekaligus memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia di 28 November, PaxelRecycle, dapat diakses di aplikasi Paxel dari mobile phone. Hero (kurir) Paxel akan menjemput waste packaging e-commerce dari rumah dan mengantar langsung ke bank sampah yang dikelola oleh Waste4Change untuk di reuse atau recycle.

Sesuai hasil keputusan COP26 lalu di mana penekanan emisi karbon harus menjadi target setiap negara, Zaldy Ilham Masita, Co-founder Paxel, menyebut bahwa penerapan zero waste living adalah langkah awal yang bisa diambil oleh individu.

“Paxel akan membantu setiap konsumen e-commerce untuk bisa tetap belanja online dan juga menjaga lingkungan melalui PaxelRecyle. Mari kita menjadi konsumen e-commerce yang peduli bumi dan menciptakan circular economy untuk e-commerce,” katanya.

Tahap awal, PaxelRecycle melayani penjemputan sampah jenis kardus, bubble wrap, botol plastik, botol kaca (selain bekas cat, pembasmi nyamuk dan yang beracun lainnya) di area Jabodetabek dan TangSel. Karung sampah yang ramah lingkungan bisa didapatkan di aplikasi Paxel untuk memulai PaxelRecycle.(*)

No Comment

No Comments

Post a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.