Menko Marves mengunjungi CC Citarum usai meninjau lokasi TPA Cicabe dan bantaran Sungai Cidurian Kota Bandung. Di Command Center, Menko Marves disambut oleh Ketua Harian Satgas Citarum Harum Mayjen (purn) Dedi Kusnadi Tamim.
“Di command center saya lihat data-data sudah bagus saya titip data itu dipelihara softwarenya bisa di-update sehingga bisa berkontribusi pada perkembangan Citarum,”ujarnya.
“Saya senang ada Command Center, kita pantau terus dari waktu ke waktu,”kata Luhut melanjutkan.
Diakui Luhut, pantauan perkembangan CItarum dari lapangan hasilnya menggembirakan. Tahun ini targetnya cemar sedang namun sudah mencapai cemar ringan. Menurut dia, informasi perkembangan Citarum saat ini akan dilaporkan pada Presiden Joko Widodo.
“(hasil ini)Perlu dipertahankan, tanpa kerjasama semua tidak bisa jalan,”ujar Luhut.
Sementara itu, Tim Ahli Satgas Citarum Andy Garna yang mempresentasikan Command Center pada Menko Marves menjelaskan, CC yang dibangun pada 2020 lalu merupakan wujud nyata dari kolaborasi pentahelix.
“CC terwujud dari prakarsa yang berkepentingan seperti Dinas Lingkungan Hidup, Sumber Daya Air,dan stakeholder yang menyumbangkan alat-alat seperti dari BBWS dan pihak swasta yang menyumbang sistem secara cuma-cuma,”ucap Andy.
Menurut dia,ada dua sisi informasi untuk ke dalam, dan informasi yang citarum yang bisa diunduh dan ada laporan informasi dan berita bisa terlapor dari rekan-rekan pokja dan sektor.
“Ada intelegent analitik soal sentimen publik ke Citarum, bulan ini sentimen positifnya lebih tinggi dengan jumlah 55%, yang negatif biasanya soal musim banjir,”ujar dia.
Untuk penggunaan internal, di CC memiliki sistem pemetaan terintegrasi di mana pada peta ini ada 34 layer yang datang dari stakeholder.”Ada peta yang terdegradasi lahan kritis, dan industri pencemar bisa dipetakan,”kata dia.
”Kami memiliki sebuah dashboard berisikan tingkat ketinggian air di 8 titik ini bisa kami dapatkan dari BBWS jadi alhamdulilah kami memiliki early waring sederhana,”ucap Andy.
Selain itu ada informasi curah hujan, peta wilayah genangan, dan desa yang terdampak.
“Kita juga ada peta pengelolaan sampah tingkat RW yang sedang diinisiasi mulai dari Kota Bandung,”ujar Andy.
Di CC pun memiliki sistem pengawasan air sungai dengan 15 station di antaranya milik KLHK secara realtime. “Terakhir,kami ada sistem monev dan sangat terkait dengan renaksi yang diintegrasikan dengan KSP,”pungkasnya.(*)
No Comment